Grup Kalla Bangun PLTA di Sulawesi dan Sumatra 1.230 MW
Grup Kalla berencana untuk membangun lebih banyak Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang juga mendukung target pemerintah untuk mencapai net zero carbon pada 2060. Perusahaan berencana membangun sejumlah PLTU di Sulawesi dan Sumatera dengan total kapasitas mencapai 1.230 Megawatt (MW).
Presiden Direktur Kalla Group Solihin Jusuf Kalla mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk mememuhi net zero emission seperti target pemerintah pada 2060. Upaya ini dilakukan melalui kedua anak usahanya, PT Poso Energy dan PT Malea Energy.
“Kami mendukung percepatan transisi energi dari energi fosil menuju green energy, agar terwujud kemandirian energi, ketahanan energi, pengembangan berkelanjutan, ketahanan iklim, dan kondisi rendah karbon, untuk bumi yang lebih baik,” kata Solihun dalam acara Gala Dinner 70 tahun KALLA di Jakarta, Jumat (28/10),
Ia mengatakan Kalla Group saat ini sedang mengembangkan beberapa PLTA di Sulawesi dan Sumatera dengan total kapasitas 1.230 MW melalui kedua anak usahanya. Proyek-proyek tersebut, antara lain PLTA Poso 3 dan Poso 4, PLTA Tumbuan Mamuju Atas, PLTA Tumbuan Mamuju Bawah, serta PLTA Kerinci Merangin.
Saat ini, menurut dia, pihaknya melalui anak usaha yakni Poso Energy telah membangun PLTA Poso di Sulawesi Tengah sejak 2012. PLTA ini merupakan energi baru terbarukan terbesar di Indonesia Timur dengan total kapasitas 515 MW.
PLTA yang memanfaatkan energi dari aliran air Danau Poso ini menyumbang sekitar 10,69% dari total bauran energi baru dan terbarukan ke sistem kelistrikan Sulawesi Selatan.
Sementara anak usaha yang lain, yakni PT Malea Energy juga telah mengembangkan PLTA Malea di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. PLTA Malea telah beroperasi sejak 2021 dengan kapasitas 90 MW dan meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan di Pulau Sulawesi hingga 38,8%.
Menurut Solihin, bisnis energi terbarukan merupakan upaya perusahaan untuk terus melakukan transformasi bisnis dan budaya memasuki usia ke-70. “Kami berpikir keras untuk beralih dari bisnis sebelumnya ke bisnis teknologi yang eksistensinya bisa bertahan hinga 100 tahun ke depan. Pada saat itulah kami memilih untuk mengembangkan PLTA dan memulai bisnis di bidang energi,” kata Solihin.