Pemilu AS Bakal Menghantui Pergerakan Rupiah Pekan Ini
Nilai tukar rupiah pada pasar spot pagi ini, Senin (2/11) dibuka melemah 0,17% ke level Rp 14.650 per dolar AS. Pergerakan rupiah sepekan ini akan dipengaruhi oleh sentimen Pemilihan Umum Amerika Serikat.
Adapun rupiah hingga pukul 10.20 WIB terus bergerak melemah dan berada di posisi Rp 14.687 per dolar AS. Rupiah melemah saat mayoritas mata uang Asia menguat. Yuan Tiongkok 0,06%, ringgit Malaysia 0,05%, serta baht Thailand, won Korea Selatan, yen Jepang dan dolar Singapuar menguat 0,01%.
Sementara itu, peso Filipina turut melemah 0,16%, rupee India 0,32%, serta dolar Taiwan dan Hong Kong masing-masing 0,03%. Dolar AS pagi ini menguat 0,04% terhadap sekeranjang mata uang utama dunia di level 94,07.
Panel Ahli Katadata Insight Center Damhuri Nasution mengatakan pelaku pasar sangat mencermati perkembangan pemilu di AS. Ini memberi dampak yang negatif terhadap kurs rupiah. "Karena pemilu kali ini lebih beresiko dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya," ujar Damhuri kepada Katadata.co.id, Senin (2/11).
Pemilu AS akan berlangsung pada 3 November 2020. Presiden Donald Trump dari Republikan dan mantan Wakil Presiden Joe Biden dari Demokrat bersaing sangat ketat dalam pemilihan.
Faktor eksternal lainnya adalah meningkatnya penularan gelombang kedua di banyak negara yang mulai memasuki musim dingin. Penularan gelombang kedua ini memaksa pemerintah banyak negara kembali melakukan lockdown. Kebijakan tersebut pun meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap kemungkinan resesi ekonomi dunia.
Sementara dari dalam negeri, ia berpendapat rilis data inflasi dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren perbaikan. "Laju inflasi diperkirakan akan tetap terjaga, sementara pertumbuhan ekonomi secara kuartalan akan tumbuh cukup tinggi, meskipun secara tahunan masih turun atau kontraksi," katanya.
Damhuri memperkirakan kurs rupiah pekan ini akan berfluktuasi. Adapun fundamental rupiah saat ini bergerak pada rentang Rp 14.600 – Rp 14.750 per dolar AS.
Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalan mengatakan, rupiah berpotensi menguat jika hasil pemilu AS sesuai ekspektasi dan berjalan lancat tanpa konflik. "Terutama jika Joe Biden yang menang," ujar Piter kepada Katadata.co.id.
Di sisi lain, keputusan Pemerintah AS memperpanjang fasilitas pembebasan tarif bea masuk kepada RI juga akan berdampak positif, walaupun tidak akan signifikan.
Sementara itu, Piter menuturkan bahwa rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III yang akan diumumkan tidak akan banyak berpengaruh kepada rupiah. Ini karena realisasi ekonomi sudah dapat diprediksi oleh investor. "Kecuali bila hasilnya jauh dari prediksi," kata dia.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra memperkirakan bahwa pengumuman hasil rapat kebijakan moneter Bank Sentral AS, The Fed berpotensi melemahkan dolar AS dan memberi sentimen positif terhadap rupiah.
Menurut dia, kebijakan The Fed mungkin masih akan melihat potensi pelemahan ekonomi di Negeri Paman Sam karena pandemi sehingga kebijakan suku bunga rendah bisa bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Sementara dari dalam negeri, Ariston memperkirakan masih akan adanya demonstrasi penolakan Undang-Undang Cipta Kerja tentunya diwaspadai pasar. "Ini bisa menahan penguatan rupiah," ujar Ariston.