Keyakinan Konsumen Terhadap Ekonomi Meningkat, Dekati Zona Optimistis

Agatha Olivia Victoria
8 Desember 2020, 14:11
Thomas Peter Seorang staf meletakkan makanan laut di sebuah supermarket menyusul penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Beijing, China, Rabu (11/11/2020). Foto diambil tanggal 11 November 2020.
ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter/aww/cf
Keyakinan konsumen pada November memaik meski masih di zona pesimistis.

Survei Konsumen Bank Indonesia pada November 2020 mengindikasikan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi membaik, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen sebesar 92, meningkat dibandingkan  bulan sebelumnya di 79. Angka tersebut hampir mendekati zona optimistis pada level 100.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan IKK bulan lalu yang meningkat tersebut ditopang oleh membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan. "Tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen yang meningkat dari 106,6 menjadi sebesar 123,9," tulis Erwin dalam keterangan resminya, Jakarta, Selasa (8/12).

Sementara itu, persepsi konsumen ternadap kondisi ekonomi saat ini juga terpantau membaik meski masih berada pada area pesimistis. Ini tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini yang tercatat 60,1, meningkat dibandingkan 51,5 pada bulan sebelumnya.

Optimisme konsumen sempat menurun pada September dan Oktober 2020, setelah membaik sejak Juni hingga Agustus, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini. 

Adapun IKK mengalami kenaikan pada seluruh kategori tingkat pengeluaran responden dan seluruh kelompok usia, terutama responden berpengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan. Dari sisi usia, kenaikan IKK juga terjadi pada seluruh kelompok usia.

Ditinjau secara spasial, keyakinan konsumen terpantau meningkat di 17 kota yang menjadi cakupan pelaksanaan survei. Kenaikan tertinggi terjadi di Kota Pontianak, diikuti Samarinda, dan Bandar Lampung.

Semakin meningkatnya aktivitas ekonomi di tengah pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar di berbagai kota di Indonesia ditengarai mendorong perbaikan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi pada November 2020 yang terlihat dari kenaikan IKE. 

Peningkatan didorong oleh kenaikan seluruh komponen pembentuknya dengan kenaikan tertinggi terjadi pada Indeks Penghasilan Saat Ini sebesar 11,9 poin menjadi 64,8. 

Persepsi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja saat ini juga terpantau membaik, terutama pada responden dengan tingkat pendidikan pascasarjana. Sementara di sisi usia, kenaikan indeks terjadi pada seluruh kelompok usia, terutama responden berusia di atas 60 tahun.

Penguatan persepsi konsumen terhadap penghasilan saat ini dibandingkan enam bulan sebelumnya berlanjut. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi di berbagai daerah yang berdampak pada perbaikan penghasilan, baik yang bersitat rutin seperti gaji dan honor maupun omzet usaha.

Seiring dengan membaiknya keyakinan terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja, keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama juga membaik, terutama untuk jenis barang elektronik dan perabot rumah tangga. 

Di sisi lain, optimisme konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi enam bulan ke depan terpantau menguat dari bulan sebelumnya. Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi yang sebesar 123,9, meningkat dibandingkan IEK Oktober 2020 sebesar 106,6.

Hal ini seiring menguatnya ekspektasi terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha. Secara spasial, IEK tercatat meningkat di 17 kota dengan kenaikan tertinggi di Samarinda, diikuti Pontianak, dan Jakarta.

Konsumen pun memperkirakan adanya peningkatan ekspansi kegiatan usaha secara umum pada enam bulan ke depan seiring adanya momen Ramadan dan lduftitri. Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha sebesar 122,8, meningkat cukup tinggi dari 99,6 pada bulan sebelumnya.

Sejalan dengan perkiraan meningkatnya kegiatan usaha, ekspektasi konsumen terhadap adanya kenaikan penghasilan pada enam bulan yang akan datang terpantau menguat. Indeks Ekspektasi Penghasilan tercatat sebesar 131,2, meningkat dari 118,7 pada bulan sebelumnya.

Kenaikan indeks terjadi pada seluruh kategori tingkat pengeluaran, terutama responden berpengeluaran Rp 2,1 juta - Rp 3 juta per bulan.

Responden juga memperkirakan adanya peningkatan ketersediaan lapangan kerja pada enam bulan mendatang yang terindikasi dari Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja sebesar 117,7, meningkat dibandingkan 101,4 pada bulan sebelumnya.

Survei turut mencatat rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk konsumsi sedikit menurun dari bulan sebelumnya, yaitu dari 69,4% menjadi 68,8%.

Penurunan proporsi konsumsi tersebut dikuti dengan sedikit meningkatnya rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang disimpan dari 19.3% menjadi 19,4%, dan rata-rata rasio pembayaran cicilan/utang dari 11,3%% menjadi 11,8%.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, menurunnya rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terjadi pada responden dengan pengeluaran Rp 1 juta - Rp 3 juta per bulan dan di atas R p5 juta per bulan. Di sisi lain, kenaikan porsi tabungan terhadap pendapatan terjadi pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 2,1 juta - Rp 3 juta per bulan dan di atas Rp 5 juta per bulan.

Peneliti Institute For Development of Economics and Finance Rizal Taufikurahman mengatakan indeks keyakinan konsumen sangat peka terhadap perubahan daya beli masyarakat akibat pendapatannya. "Kalau angkanya naik, sifatnya jangka pendek dan sementara," kata Rizal kepada Katadata.co.id, Selasa (8/12).

Kenaikan IKK pada bulan November terjadi karena belanja modal pemerintah yang mempengaruhi daya beli masyarakat. Di mana dalam dua bulan terakhir  serapannya memang sangat tinggi.

Selain itu, sambung dia, peningkatan daya beli disebabkan pula oleh banyaknya harga yang diturunkan atau didiskon terutama pada barang-barang online pada akhir tahun. Terakhir, disebabkan oleh marginal propensity to consume masyarakat yang semakin naik akibat dorongan akhir tahun.

Namun, Rizal menilai tren keyakinan konsumen yang semakin membaik harus dipertahankan dalam jangka panjang. Maka dari itu, kenaikan IKK nampaknya belum akan mendangkalkan kontraksi konsumsi rumah tangga triwulan IV 2020 karena masih sangat rentan oleh inflasi, pendapatan, marginal propensity to consume, dan penanganan Covid-19.

Hal ini dikarenakan IKK sangat tergantung pada metode sampling untuk masyarakat yang disurvei, sikap optimisme masyarakat, perilaku pasar, serta jangka pendek sifatnya.

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...