Inflasi AS Melambung Akibat Kenaikan Harga Makanan dan Energi

Abdul Azis Said
14 Oktober 2021, 10:53
inflasi AS, inflasi, amerika serikat, harga pangan
ANTARA FOTO/REUTERS/David Ryder/ama/dj
Ilustrasi. Harga bahan makanan dan energi di AS melambung pada September mendorong inflasi mencapai 5,4% secara tahunan.

Amerika Serikat mencatatkan inflasi pada September meningkat lebih tinggi dari ekspektasi para analis akibat lonjakan pada harga bahan makanan dan energi.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu (13/10), Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatatkan inflasi bulanan sebesar 0,4%, di atas perkirakan Dow Jones 0,3%. Inflasi tahunan juga tercatat sebesar 5,4%, juga di atas ekspektasi 5,3%. Kenaikan harga-harga tahunan tercatat sebagai yang tertinggi sejak Januari 1991.

Kendati demikian komponen inti, yang tidak menghitung kenaikan harga bahan makanan dan energi, mencatat inflasi 0,2% secara bulanan, di bawah ekspektasi 0,3%. Sementara secara tahunan, angkanya sesuai dengan eksepktasi yakni 4%.

Kenaikan IHK bulan lalu terutama dipengaruhi lonjakan pada harga bahan makanan yang naik 0,9% secara bulanan, lebih tinggi dari bulan sebelumnua 0,4%. Kenaikan tertinggi dari harga daging yang mencatat inflasi bulanan 3,3% dan  secara tahunan mencapai 12,6%.

Harga energi juga naik. Bensin mencatatkan kenaikan 1,2% secara bulanan, sementara kenaikan tahunan sebesar 42,1%. Bahan bakar minyak (BBM) juga melonjak 3,9% secara bulanan, sementara inflasi tahunan sebesar 42,6%.

“Makanan dan energi lebih bervariasi, tetapi di situlah masalahnya. Kita berharap bisa menyelesaiakn persoalan rantai pasok ini, tetapi ketika masalah itu sudah reda, inflasi mungkin tidak akan kembali ke nol hingga 2% seperti yang terjadi selama dekade terakhir.” kata kepala investasi di Crossmark Global Investments Bob Doll seperti dikutip dari CNBC.

Harga tempat tinggal, yang membentuk sekitar sepertiga dari IHK meningkat 0,4% secara bulanan dan naik 3,2% secara tahunan. Harga sewa rumah juga meningkat 0,4%, secara bulanan, ini merupakan rekor tertinggi sejak Juni 2006.

Meski demikian, sejumlah barang dan jasa mengalami penurunan harga. Harga mobil bekas, yang telah menjadi pendorong utama inflasi dalam beberapa bulan terakhir, kemudian deflasi 0,7% secara bulanan dan secara tahunan juga mencatat deflasi 24,4%.

Harga pakaian juga turun 1,1%, disusul harga jasa transportasi yang mencatat deflasi tipis 0,5%. Kedua sektor tersebut telah meningkat secara konsisten dan masih menunjukkan kenaikan tahunan masing-masing sebesar 3,4% dan 4,4%.

Inflasi telah menjadi komponen penting yang dipertimbangkan bank sentral AS, The Federal Reserve untuk memulai tapering off alias pengetatan stimulus. Notulen rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) edisi September yang dirilis pada Rabu (13/10) menunjukkan bank sentral berpeluang memulai tapering paling cepat pertengahan November mendatang atau Desember. Keputusan ini akan diumumkan pada pertemuan FOMC awal bulan depan.

Rencana tapering off akan dilakukan dengan mengurangi pembelian aset yang yang saat ini rutin dilakukan setiap bulannya sebesar US$ 120 miliar. Ini terdiri atas pembelian sebesar US$ 80 miliar US Treasury dan US$ 40 miliar berupa sekuritas berbasis hipotek.

Menurut risalah rapat tersebut, The Fed akan mengurangi pembelian aset sebesar US$ 15 miliar, terdiri atas US$ 10 miliar di US Treasury dan US$ 5 miliar di sekuritas berbasi hipotek. Setelah mengurangi secara bertahap, bank sentral kemudian akan mengakhiri pembelian aset tersebut mulai pertengahan tahun 2022.

“Peserta rapat mencatat bahwa jika keputusan untuk memulai pengurangan pembelian terjadi pada pertemuan berikutnya, proses pengurangan dapat dimulai dengan kalender pembelian bulanan yang dimulai pada pertengahan November atau pertengahan Desember,” demikian tertulis dalam risalah rapat tersebut.

Sementara itu, pasar juga mengantisipasi The Fed akan memulai kenaikan suku bunga mulai kuartal III tahun depan. Separuh dari anggota rapat FOMC melihat kenaikan suku bunga dapat dilakukan lebih cepat yakni tahun depan. Ini di tengah kekhawatiran inflasi tinggi yang diprediksi masih akan bertahan lebih lama.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...