Asing Kabur, Utang Luar Negeri Turun Jadi Rp 5.926,8 T pada Akhir 2021

Agustiyanti
15 Februari 2022, 11:22
dolar AS, rupiah, utang luar negeri, utang indonesia, utang luar negeri indonesia
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Ilustrasi. Penurunan utang luar negeri pada tahun lalu disebabkan oleh turunnya utang luar negeri pemerintah maupun swasta.

Bank Indonesia mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia hingga akhir tahun lalu mencapai US$ 415,1 miliar atau setara Rp 5.926,8 triliun. Posisi utang ini turun dibandingkan akhir 2020 sebesar US$ 416,93 miliar maupun akhir kuartal III 2021 sebesar US$ 424 miliar. 

Berdasarkan data BI, penurunan utang luar negeri pada tahun lalu disebabkan oleh turunnya utang luar negeri pemerintah maupun swasta. ULN pemerintah turun dari US$ 206,37 miliar pada 2020 menjadi US$ 200,17 miliar, sedangkan utang swasta turun daru US$ 207,69 miliar menjadi US$ 205,87 miliar. Kenaikan utang luar negeri hanya terjadi pada neraca bank sentral dari US$ 2,87 miliar menjadi 9,02 miliar. 

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, posisi ULN Pemerintah pada akhir tahun lalu juga turun dibandingkan kuartal ketiga 2021 sebesar US$ 205,5 miliar. Penurunan ULN terjadi seiring beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo dan pelunasan sebagian pokok pinjaman pada kuartal IV 2021.

"Di samping itu, volatilitas di pasar keuangan global yang cenderung tinggi turut berpengaruh pada perpindahan investasi dari SBN ke instrumen lain, sehingga mengurangi porsi kepemilikan investor nonresiden pada SBN," kata Erwin dalam siaran pers, Selasa (15/2). 

Erwin mengatakan, ULN Pemerintah tetap diarahkan pada pembiayaan sektor produktif dan diutamakan untuk mendukung belanja prioritas pemerintah, termasuk kelanjutan upaya mengakselerasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Hingga akhir 2021, pemanfaatan ULN Pemerintah tercatat ikut mendukung kinerja sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,9% dari total ULN Pemerintah), sektor jasa kesehatan, dan kegiatan sosial (17,2%), sektor jasa pendidikan (16,5%), sektor konstruksi (15,5%), dan sektor jasa keuangan dan asuransi (12,1%).

"Dari sisi risiko refinancing, posisi ULN pemerintah kuartal  IV 2021 relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN pemerintah," ujarnya.  

Sementara itu, ULN swasta akhir tahun lalu juga menurun dari kuartal III 2021 sebesar 209,3 miliar dolar AS.  Hal ini sejalan dengan pembayaran neto pinjaman dan utang lainnya selama periode kuartal IV 2021. Perkembangan tersebut disebabkan oleh semakin dalamnya kontraksi ULN lembaga keuangan (financial corporations) menjadi 4,2% (yoy), dari kontraksi kuartal sebelumnya 2,7% (yoy) dan kontraksi ULN korporasi bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) menjadi sekitar 0,01%, setelah tumbuh 1,5% (yoy) pada kuartal III 2021.

Adapun berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor industri pengolahan, serta sektor pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 76,7% dari total ULN swasta. ULN tersebut tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,4% terhadap total ULN swasta.

"ULN Indonesia tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 35% pada akhir 2021, menurun dibandingkan dengan rasio kuartal IIIsebesar 37%," kata dia. 

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...