BI melaporkan pertumbuhan utang luar negeri Indonesia di November 2024 hanya 5,4% yoy, menurun dari bulan sebelumnya, dengan ULN pemerintah dan swasta khususnya menunjukkan perlambatan.
Utang luar negeri Indonesia menurun menjadi US$ 423,4 miliar pada Oktober 2024 dibandingkan bulan sebelumnya, meskipun tumbuh 7,7% secara tahunan. Penurunan ini hasil dari manajemen utang pemerintah.
Cadangan devisa Indonesia tercatat menurun menjadi US$ 150,2 miliar di November 2024, dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri namun tetap mendukung stabilitas ekonomi.
Perkembangan utang luar negeri Indonesia dipengaruhi oleh penyesuaian penempatan dana investor nonresiden pada SBN domestik. Hal itu seiring dengan tingginya ketidakpastastian pasar keuangan global.
Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri Indonesia mencapai US$ 407,3 miliar pada Mei 2024. Utang tersebut berasal dari sektor pemerintahan dan swasta.
Tren kejatuhan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi mengancam perekonomian nasional. Selisih kurs menyebabkan beban keuangan semakin mahal, baik di pemerintah maupun swasta.
BI memastikan posisi utang luar negeri masih aman dan terkendali karena hampir seluruhnya memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98% dari total utang pemerintah.
Bank Indonesia mencatatkan jumlah utang luar negeri (ULN) Indonesia meningkat 1,4% yoy menjadi US$ 407,3 miliar atau setara Rp 6.560,8 triliun pada Februari 2024.
Utang luar negeri (ULN) Indonesia mengalami penurunan pada awal tahun. Bank Indonesia mencatat, utang luar negeri turun menjadi US$ 405,7 miliar karena pembayaran SBN jatuh tempo.
Cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan pada awal tahun 2024. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa pada Februari 2024 mencapai US$144,0 miliar, atau turun US$ 1,1 miliar dari Januari.
Utang luar negeri Indonesia mencapai Rp 6.3636 triliun pada 2023. Nilai utang itu meningkat 2,7% karena untuk transaksi sektor publik dan terjadi pelemahan mata uang dolar AS.
Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada Januari 2023 turun karena pemerintah membayarkan utang jatuh tempo. Namun BI memperkirakan cadangan devisa ke depan tetap memadai.