Ekspor Jeblok, Surplus Neraca Perdagangan Susut Jadi US$ 930 juta
Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan pada Januari 2021 surplus US$ 930 juta, turun dibandingkan bulan sebelumnya US$ 1,02 miliar maupun periode yang sama 2021 US$ 1,96 miliar. Hal ini seiring kinerja ekspor dan impor yang anjlok dibandingkan bulan sebelumnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, ekspor bulan lalu tercatat sebesar US$ 19,16 milliar, turun 14,29% dibandingkan bulan sebelumnya tetapi masih naik 25,3% dibandingkan Januari 2021. Sementara impor turun 14,62% dibandingkan Desember 2021 tetapi naik 36,77% dibandingkan Januari 2021 menjadi US$ 18,23 miliar.
"Neraca perdagangan pada Januari mencatatkan surplus US$ 0,93 miliar. Kalau kita lihat, neraca perdagangan kita telah membukukan surplus selama 21 bulan beruntun," ujar Setianto dalam Konferensi Pers, Selasa (15/2).
Ia menjelaskan, penurunan ekspor secara bulanan terutama terjadi pada ekspor migas sebesar 17,59% menjadi US$ 900 juta, sedangkan ekspor nonmigas turun 14,12% menjadi US$ 18,26 miliar. Meski demikian, ekspor migas pada bulan lalu masih tumbuh 1,96% dan ekspor nonmigas tumbuh 26,74% dibandingkan Januari 2021.
Adapun berdasarkan sektor lebih detail, penurunan ekspor nonmigas secara bulanan terutama disebabkan oleh anjloknya ekspor pertambangan dan lainnya mencapai 42,88% menjadi US$ 2,17 miliar. Ekspor industri pengolahan juga turun 7,91% dan ekspor pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 5,79%.
“Namun secara year on year, ekspor untuk seluruh sektor masih meningkat,” kata dia.
Adapun berdasarkan jenis golongan barang, menurut Setianto, penurunan ekspor terutama terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$ 2,008 miliar, lemak dan minyak Hewan nabati US$ 550,3 juta, serta timah dan barang daripadanya US$ 259,1 juta.
"Berdasarkan tujuan ekspor, penurunan terbesar terjadi untuk ekspor ke Tiongkok US$ 1,5 miliar, Jepang US$ 182 juta, dan Vietnam US$ 170 juta," ujarnya.
Sementara itu, menurut dia, penurunan impor terutama terjadi pada impor migas yang mencapai 34% menjadi US$ 2,23 miliar, sedangkan impor nonmigas turun 10,97% menjadi US$ 16 miliar. Meski demikian, ekspor migas masih tumbuh 43,66% dan ekspor nonmigas tumbuh 35,86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Namun, impor barang konsumsi masih meningkat 10,25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Demikian pula dengan bahan baku/penolong dan barang modal yang naik 39,57% dan 41,94% dibandingkan Januari 2021.
Berdasarkan golongan barangnya, penurunan terjadi pada produk farmasi US$ 500,7 juta, mesin dan peralatan mekaniska US$ 478 juta, dan bahan bakar mineral US$ 341,3 juta.
Penurunan impor terutama terjadi pada impor migas yang mencapai 34% menjadi US$ 2,23 miliar, sedangkan impor nonmigas turun 10,97% menjadi US$ 16 miliar. Meski demikian, ekspor migas masih tumbuh 43,66% dan ekspor nonmigas tumbuh 35,86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan penggunaan barang, penurunan ekspor secara bulanan terjadi pada barang konsumsi mencapai 36,6% menjadi US$ 1,58 miliar. Sedangkan Bahan baku/penolong turun 11,35% menjadi US$ 13,85 miliar dan barang modal turun 13,45% menjadi US$ 2,8 miliar.
Namun, impor barang konsumsi masih meningkat 10,25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Demikian pula dengan bahan baku/penolong dan barang modal yang naik 39,57% dan 41,94% dibandingkan Januari 2021.
Adapun berdasarkan golongan barangnya, penurunan terjadi pada produk farmasi US$ 500,7 juta, mesin dan peralatan mekaniska US$ 478 juta, dan bahan bakar mineral US$ 341,3 juta.