BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2022 karena Perang Rusia

Abdul Azis Said
19 April 2022, 14:49
pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi domestik, ekonomi global,
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.
Ilustrasi. BI memankas pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini dari proyeksi sebelumnya 4,4% menjadi 3,5%.

Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dari 4,7%-5,5% menjadi 4,5%-5,3%. 

"Ke depan perbaikan kinerja ekonomi akan dipengaruhi oleh volume ekspor yang kenaikannya tertahan seiring dengan lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi global dan perdagangan dunia akibat berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI edisi April, Selasa (19/4).

Ia mengatakan, permintaan domestik ke depan juga akan terpengaruh oleh kenaikan harga energi dan pangan global. BI memperkirakan inflasi domestik tahun ini masih akan terjaga di rentang 2%-4%.

Di sisi lain, Perry melihat meningkatnya mobilitas masyarakat akan mendorong berlanjutnya pemulihan ekonomi. Hingga kuartal pertama tahun ini, perbaikan ekonomi terus berlanjut ditopang oleh peningkatan konsumsi, investasi non bangunan, kinerja ekspor dan aktivitas ekonomi yang membaik.

Sejumlah indikator dini sampai dengan Maret juga mengindikasikan berlanjutnya pemulihan, seperti penjualan eceran, ekspektasi konsumsi dan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur.

"Pertumbuhan ekonomi juga ditopang kinerja positif berbagai lapangan usaha seperti industri pengolahan, perdagangan, transportasi dan pergudangan, serta informasi dan komunikasi," kata Perry.

Secara spasial, menurut Perry, pemulihan akan ditopang oleh akselerasi di Jawa dan Bali-Nusa Tenggara. Di samping itu, kinerja ekonomi di luar dua wilayah tersebut juga masih akan tetap baik.

Pemangkasan pertumbuhan ekonomi domestik tersebut seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang juga diturunkan menjadi 3,5% dari sebelumnya 4,4%. Pemangkasan dilakukan sebagai imbas dari perang di Ukraina. Pertumbuhan ekonomi di Amerika, Eropa, Jepang, Cina dan India juga diperkirakan  melambat tahun ini.

"Berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina berdampak pada pelemahan transaksi perdagangan, kenaikan harga komoditas dan ketidakpastian di pasar keuangan global di tengah penyebaran Covid-19 yang menurun," kata Perry.

Perry juga memperkirakan volume perdagangan akan lebih rendah pada tahun ini sejalan perlambatan ekonomi global dan gangguan rantai pasokan yang masih berlangsung. Kenaikan harga komoditas termasuk energi dan pangan memberi tekanan pada inflasi global.

Adapun kenaikan inflasi ini, menurut Perry, mendorong bank sentral di sejumlah negara maju termasuk Amerika mulai memperketat kebijakan moneternya. "Hal tersebut mendorong terbatasnya prospek aliran modal asing khususnya investasi portofolio dan tekanan nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," kata Perry.




Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...