Banyak SBN Jatuh Tempo, Utang Luar Negeri RI Turun Jadi Rp 5.928 T
Bank Indonesia mencatat, utang luar negeri Indonesia pada Mei 2022 mencapai US$ 406,3 miliar atau sekitar Rp 5.928 triliun menggunakan asumsi kurs Jisdor akhir Mei. Posisi utang luar negeri Indonesia pada Mei 2022 turun US$ 3,8 miliar atau Rp 56 triliun dibandingkan bulan sebelumnya.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, utang luar negeri pemerintah dan bank sentral maupun swasta menurun pada Mei. Utang pemerintah turun dari US$ 190,5 miliar menjadi US$ 188, 2 miliar.
"Tren penurunan ULN terjadi seiring beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo pada Mei 2022," ujar Erwin dalam siaran pers, Jumat (15/7).
Erwin menjelaskan, pengaruh sentimen global yang memicu pergeseran investasi portofolio di pasar SBN domestik oleh investor nonresiden juga turut menjadi penyebab ULN pemerintah turun. Di sisi lain, menurut dia, pinjaman luar negeri pemerintah meningkat karena penarikan dari beberapa lembaga partner untuk membiayai beberapa program dan proyek prioritas.
Penarikan ULN dalam periode Mei 2022 masih diutamakan untuk mendukung belanja prioritas Pemerintah dan terus mendorong akselerasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Dukungan ULN pemerintah dalam memenuhi kebutuhan belanja prioritas hingga Mei 2022, antara lain mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (24,5% dari total ULN Pemerintah), sektor jasa pendidikan (16,5%), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,1%), sektor konstruksi (14,3%), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (11,8%).
"Posisi ULN Pemerintah relatif aman dan terkendali jika dilihat dari sisi refinancing risk jangka pendek, mengingat hampir seluruhnya merupakan ULN dalam jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,8% dari total ULN," kata dia.
Di sisi lain, ULN swasta pada Mei tercatat turun dari US$ 210,9 miliar menjadi US$ 209,4 miliar. Penurunan tersebut, menurut dia, dikontribusikan oleh ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang mengalami kontraksi sebesar 0,9% secara tahunan, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 0,8%.
"Perkembangan ini terutama berasal dari pembayaran pinjaman dan surat utang yang jatuh tempo," kata dia.
Sementara itu, menurut Erwin, ULN lembaga keuangan tumbuh sebesar 0,3% secara tahunan ,setelah pada bulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 1,9%. Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan. Sektor-sektor tersebut menyumbang 77,3% dari total ULN swasta.
"ULN tersebut tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 74,4% terhadap total ULN swasta," kata dia.
Ia juga memastikan, struktur ULN Indoensia tetap sehat, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 32,3%, turun dibandingkan bulan sebelumnya 32,6%. Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 86,7% dari total ULN.
"Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya," ujar Erwin.