Suku Bunga BI Naik, BCA Belum Minat Naikkan Bunga Deposito
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyatakan belum akan menaikkan bunga deposito merespons langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps.
Direktur Utama BCA Jahja Setiatmadja mengatakan, likuiditas perusahaan saat ini masih sangat cukup. Oleh karena itu, menurut Jahja, pihaknya belum akan menaikkan bunga deposito.
"Bunga kredit juga belum akan kami naikkan kecuali bunga Jibor naik. Kalau Jibor naik, bunga pinjaman otomatis naik," ujar Jahja kepada Katadata.co.id, Selasa (23/9).
Mengutip situs BI, Jibor adalah rata-rata dari suku bunga indikasi pinjaman tanpa agunan yang ditawarkan oleh bank kontributor kepada bank kontributor lain untuk meminjamkan rupiah di Indonesia, untuk tenor di atas overnight.
JIBOR ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan kuotasi suku bunga indikasi pinjaman yang ditawarkan oleh bank kontributor (offer rate). Penetapan JIBOR dilakukan dengan menghitung rata-rata sederhana (simple average) dari kuotasi yang disampaikan oleh bank kontributor, setelah mengeluarkan 15% data offer rate tertinggi dan 15% data offer rate terendah.
JIBOR dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada setiap hari kerja pukul 10.00 WIB di website Bank Indonesia dan terdiri dari tenor overnight, 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
Adapun saat ini, bunga deposito BCA adalah salah satu yang terendah di industri perbankan yakni sebesar 1,9% untuk seluruh jenis simpanan berdasarkan nominal maupun tenor. Sementara suku bunga dasar kredit BCA untuk segmen korporasi sebesar 7,95%, ritel 8,72%, KPR 7,2%, dan konsumsi non-KPR 5,96%.
Bank Indonesia akhirnya mulai meninggalkan era bunga murah dengan mengerek bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75% pada pertemuan bulan ini. Kebijakan BI ditempuh di tengah wacana kenaikan harga BBM nonsubsidi.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan BI menaikkan suku bunga merupakan langkah preventif dan forward looking. BI melihat adanya risiko kenaikan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM nonsubsidi dan harga pangan yang bergejolak.
Perry menjelaskan, inflasi inti juga berpotensi meningkat seiring naiknya permintaan. BI memperkirakan inflasi inti dapat mencapai 4,15%, sedangkan inflasi secara keseluruhan dapat mencapai 5,24%.