Rupiah Anjlok ke 15.600/US$, Sri Mulyani Beberkan Untung Rugi ke APBN
Depresiasi nilai tukar rupiah memberikan keuntungan sekaligus kerugian bagi neraca keuangan pemerintah alias anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, keuntungan diperoleh karena beberapa penerimaan negara ada yang berasal dari valuta asing, sedangkan kerugian disebabkan oleh kenaikan biaya bunga utang.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup pada level Rp 15.623 per dolar AS di pasar spot sore ini. Pergerakan rupiah sejak akhir tahun lalu atau secara year-to-date (ytd) sudah melemah 9,6%. Pelemahan rupiah hanya dalam sebulan terakhir saja mencapai 4,2%.
"Dari sisi APBN, penerimaan kita yang sumbernya denominasi valas tentu akan menyebabkan penerima dalam bentuk rupiah kita naik, apakah dalam bentuk penerimaan pajak dari migas maupun lainnya," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA edisi Oktober, Jumat (21/10).
Sebaliknya, menurut Sri Mulyani, dolar yang makin mahal tentu akan berdampak terhadap belanja negara khususnya untuk subsidi dan pembayaran bunga utang dalam bentuk valas. Namun. Sri Mulyani tidak mengomentari lebih jauh terkait dampaknya ke subsidi.
Sri Mulyani menyebut, efek depresiasi rupiah itu ke beban bunga utang dinilai tidak signifikan. Pemerintah justru memperkirakan pembayaran bunga utang tahun ini akan lebih rendah dari pagu sebesar Rp 405,9 triliun.