Suaka Serangga Masjid Sang Nabi
Fase pergeseran jemaah haji Indonesia gelombang pertama dari Madinah ke Mekah akan berakhir Jumat (16/6). 3.302 jemaah haji di 8 Kloter plus 1 Kloter kuota tambahan dari Balikpapan (BPN-21) yang baru tiba kemarin akan diberangkatkan ke Mekah hari ini. Pergeseran jemaah haji di Madinah ke Mekah sudah dilakukan secara bertahap sejak 2 Juni lalu. Dengan demikian, total seluruh kelompok terbang gelombang satu yang berjumlah 263 Kloter atau 101.000 jemaah haji yang tinggal Madinah sudah akan berkumpul semua di Mekah hari ini.
Selama 8 hari sebelumnya di Madinah, jemaah haji Indonesia gelombang pertama melaksanakan Arba'in atau shalat lima waktu berjamaah di Masjid Nabawi, salah masjid suci umat Islam. Al-Masjid an-Nabawi, yang bermakna "Masjid Sang Nabi", didirikan pada tahun 623 Masehi atau 1 Hijriah, ketika Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Yatsrib. Kota tersebut belakangan dikenal sebagai Al-Madinah an-Nabawiyah (Kota Sang Nabi) atau Madinah (Sang Kota). Masjid Nabawi terletak di tengah kota Madinah, dengan 10 menaranya mewarnai lansekap kota.
Salah satu pemandangan yang unik di Masjid Nabawi adalah maraknya serangga. Belalang menjadi serangga yang paling banyak kami jumpai, selain jangkrik, walang sangit, dan beberapa serangga asing lainnya. Anehnya, kami tidak pernah menjumpai seekor pun kecoa. Begitu juga, tidak ada seekor pun dari jutaan serangga tersebut yang menggigit dan berbisa. Semuanya adalah serangga yang "ramah".
Mereka hinggap di atap, berjalan di karpet, berkumpul di pilar, bertengger di pintu atau rak kitab, atau bersandar di pagar seenaknya. Tak jarang, mereka singgah di bahu, di peci, di tangan, di sorban, hingga di kepala jemaah masjid. Namun, tidak seorangpun jemaah di masjid membunuh mereka. Jemaah biasanya hanya menepis atau mengibaskan tangan untuk mengusir para peziarah berkaki enam itu. Maklum, di dua masjid suci atau haramain, kita tidak boleh menyakiti, apalagi membunuh hewan dan tanaman. Serangga yang akhirnya tewas, biasanya karena tak sengaja terinjak jemaah.
Tidak sedikit juga jemaah yang percaya, para serangga sesungguhnya mengetahui bahwa mereka berada di masjid yang suci, yang menetapkan larangan untuk membunuh binatang. Karena itulah, mereka senang berkumpul di sana, karena manusia terhalang untuk membunuh mereka. Hanya para burung yang menjadi ancaman, yang juga menariknya, jumlahnya sangat banyak di Masjid Nabawi. Jadilah maraknya serangga dan burung sebagai pemandangan yang spesial di masjid nabi.
Masjid Nabawi akhirnya menjadi habitat yang unik. Masjid menyediakan suaka ekologis bagi para fauna, terutama bagi para serangga yang seringkali hidup dan nyawanya diremehkan. Manusia dengan mudahnya menginjak, memukul, dan membunuh mereka akibat prasangka rasa jijik dan takut. Di masjid sang Nabi, larangan untuk menyakiti dan membunuh hewan memberikan kesadaran baru ke jemaah, bahwa mereka adalah makhluk ciptaan Tuhan, yang nyawa dan hidupnya istimewa, yang tidak bisa digantikan bahkan dengan pencapaian teknologi manusia. Jemaah haji yang datang ke Nabawi seharusnya tercerahkan bukan saja oleh pengalaman teologis menyembah Tuhan di masjid yang suci, tetapi juga dari pengalaman ekologis beribadah bersama serangga dan fauna lainnya.
Migrasi dari Afrika
Menurut Badan Pangan Dunia (FAO) dan Kementerian Pertanian Saudi, mayoritas serangga itu datang dari Benua Afrika, terutama dari Eritrea dan Sudan. Letak Saudi memang tidak jauh dari Afrika, hanya di seberang Laut Merah. Para serangga biasanya memulai migrasi ke Jazirah Arab di akhir Januari, untuk memulai musim perjodohan dan mencari makan. Yang mengherankan, penampakan serangga paling terasa di dua masjid suci.
Penjelasan sederhananya, cahaya terang benderang di dua masjid itu menarik perhatian para serangga. Sebagai tempat ibadah yang tak berhenti dikunjungi jemaah selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu, dan 365 dalam setahun, iluminasi dua masjid suci memang luar biasa terang. Al-Riasat al-'Ammah lisyu'una al-Masjid al-Haram wal Masjid al-Nabawi, otoritas dua masjid suci, sudah berusaha meredupkan dan mematikan sebagian lampu. Tapi itu tampaknya tak meredakan animo para peziarah berkaki enam itu.
Khawatir kehadiran para serangga itu akan mengganggu jemaah masjid, terutama peziarah haji dan umrah, beberapa kali dalam setahun, otoritas masjid terpaksa melaksanakan pengasapan dengan pestisida untuk menghalau mereka. Karena menyakiti dan membunuh hewan dilarang di dua masjid suci, dibutuhkan keputusan dari majelis ulama Saudi tiap kali operasi fogging dijalankan.