Trump Tebar Ancaman kepada Perusahaan AS yang Beroperasi di Tiongkok
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melancarkan serangan kepada Tiongkok jelang Pemilihan Presiden AS akhir 2020. Dia mengangkat gagasan untuk memisahkan ekonomi kedua negara.
Bahkan Trump mengatakan Negeri Paman Sam tak akan kehilangan uang jika dua ekonomi terbesar dunia tersebut tak lagi berbisnis. Dia juga mengancam akan memutus kontrak federal dengan perusahaan yang melakukan alih daya ke Tiongkok.
“Kami akan mengembalikan pekerjaan ke AS dan mengenakan tarif pada perusahaan yang pergi untuk menciptakan lapangan kerja di Tiongkok dan negara lain," tambahnya.,” kata Trump dilansir dari Reuters, Selasa (8/9).
Sebelumnya Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin Juni lalu mengatakan pemisahan ekonomi kedua negara bisa terjadi jika perusahaan AS tak diizinkan bersaing dalam ekonomi Tiongkok. Namun sejumlah pejabat dan analis menganggap langkah tersebut tak praktis.
Tiongkok memang kerap dijadikan sasaran tembak Trump sejak dirinya berkampanye pada 2016 silam. Hubungan kedua negara semakin memburuk seiring munculnya virus corona Covid-19 yang muncul dari Wuhan, Hubei dan menulari seluruh dunia termasuk AS.
“Apakah itu memisahkan ekonomi atau mengenakan tarif, kami akan mengakhiri ketergantungan karena kami tidak dapat mengandalkan Tiongkok, "kata Trump.
Tak hanya itu, dia juga menuduh lawannya dalam Pemilu mendatang yakni Joe Biden yang dianggap lunak dalam menghadapi Negeri Panda. Biden sebelumnya mengkritik kesepakatan perdagangan fase 1 Trump dengan Tiongkok. “Jika Biden menang maka Tiongkok menang dan menguasai negara ini,” ujar dia.
Kamar Dagang AS yang berisi perusahaan raksasa seperti Ford Motor Company hingga IBM menentang tarif yang dikenakan Trump dan negara lain. Mereka menganggap langkah ini merupakan cara yang salah untuk mengatasi masalah dalam perdagangan internasional.
“Ini akan mengancam dan memicu perang dagang global,” demikian keterangan Kamar Dagang AS dikutip dari South China Morning Post.
Trump sendiri mengalami tekanan sangat kuat jelang Pemilu AS yang akan digelar November mendatang. Selain elektabilitasnya yang berada di bawah pasangan Biden dan Kamala Harris, ia juga harus menghadapi sejumlah demonstrasi yang dipicu kekerasan polisi terhadap George Flyod serta Jacob Blake.
Ekonomi AS sendiri pada kuartal II lalu mengalami kotraksi sangat dalam yakni 32,9%. Capaian merupakan yang terburuk sepanjang sejarah, sekaligus membawa negara tersebut ke jurang resesi.