Modal Asing Rp 4 T Kabur dalam Sepekan, Akan Berdampak ke Rupiah?

Abdul Azis Said
21 September 2021, 11:05
NILAI TUKAR RUPIAH DITUTUP MENGUAT
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (18/5/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada penutupan perdagangan Senin (18/5) sebesar 10 poin atau 0,07 persen ke level Rp Rp14.850 per dolar AS.

Bank Indonesia (BI) melaporkan terdapat dana asing kabur sebesar Rp 4,03 triliun pekan lalu di tengah makin kencangnya rencana penarikan stimulus moneter atau tapering off  bank sentral Amerika Serikat. Namun, ekonom menilai fenomena tersebut tidak banyak mempengaruhi kondisi domestik, baik dari sisi stabilitas rupiah maupun kenaikan yield SBN.

Berdasarkan data BI, pembelian SBN oleh asing di pasar sempat menyentuh Rp 10,57 triliun pada akhir Agustus hingga awal bulan ini. Kemudian memasuki pekan kedua September jumlah pembelian hanya Rp 810 miliar, hingga terdapat jual bersih pekan lalu Rp 4,03 triliun.

Advertisement

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, investor asing cenderung bersifat reaktif mencermati langkah bank sentral AS,  The Fed. Kendati demikian, potensi kaburnya dana asing dalam jumlah lebih besar tidak akan berdampak separah taper tantrum 2013.

"Kepemilikan asing itu sebenanrya sudah turun waktu ada pandemi, artinya kalau mau ada koreksi sekalipun berupa capital reversal dampaknya pun tidak akan memperburuk pasar obligasi," kata Josua kepada Katadata.co.id, Senin (20/9).

Selain itu, perilaku investor domestik menurutnya juga sudah banyak berubah. Josua menyampaikan biasanya dampak negatif dari modal asing yang keluar dari pasar SBN diperparah oleh perilaku investor domestik yang ikut melepas aset.

Kendati demikian, bukannya ikut kabur, dia melihat saat ini investor domestik justru memborong obligasi pemerintah. Terlihat dari porsi kepemilikan oleh perbankan yang semakin besar yakni 33,30% terhadap total obligasi pemerintah, sesuai data DJPPR hingga 14 September 2021.

Kondisi tersebut belum termasuk partisipasi BI memborong obligasi pemerintah sebagaimana kesepakatan dalam SKB II. Seperti diketahui bank sentral akan membeli surat utang pemerintah Rp 215 triliun pada tahun ini dan Rp 224 trilun pada tahun depan.

Sementara porsi kepemilikan SBN oleh domestik saat ini sudah mencapai 15,12%, sedangkan kepemilikan asing tersisa 22,30% dari akhir tahun 2019 sebesar 38,57%. "Tampaknya belum ada dampak negatifnya sejauh ini dari keluarnya modal asing tersebut," kata Josua.

Josua menilai, investor domestik cenderung lebih memahami kondisi ekonomi domestik ketimbang asing lantaran mereka mencermati fundamental ekonomi lebih komprehensif dan mengikuti perkembangan terkini penanganan Covid-19. Ini membantu investor domestik lebih objektif dalam melakukan asesmen.

Sebaliknya, investor asing justru hanya memperhatikan data dan kondisi global serta berbagai pernyataan pejabat bank sentral. Keberadaan investor domestik yang mengimbangi arus keluar di pasar SBN kemudian membantu imbal hasil (yield) SBN tidak lompat terlalu tinggi

Ini tercermin dari kenaikan yield SBN secara tahun kalender hanya 27 basis poin, jauh di bawah kenaikan yang dialami yield obligasi pemerintah Malaysia 68 bps dan Thailand 48 bps.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement