Modal Asing Kabur Rp 3 T dalam Sepekan Imbas Kuatnya Isu Tapering Off

Abdul Azis Said
17 September 2021, 17:33
modal asing, rupiah, aliran modal asing, tapering off
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi minggu lalu Rp 14.263 per dolar AS ke posisi Rp 14.223 per dlar

Aliran modal asing masuk ke pasar keuangan domestik semakin lesu dalam tiga pekan terakhir terimbas kian kuatnya sinyal tapering off  The Federal Reserve seiring data perbaikan ekonomi AS. Bank Indonesia (BI) mencatat, dana asing kabur Rp 2,99 triliun dalam seminggu terakhir.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, investor asing masih mencatatkan beli bersih di pasar saham Rp 1,04 triliun, tetapi mencatakan jual bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 4,03 triliun. "Berdasarkan data setelmen selama awal tahun 2021, terdapat nonresiden beli neto Rp 18,21 triliun," kata Erwin dalam keterangan tertulisnya, Jumat (17/9).

Tingkat premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia lima tahun naik dari ke 66,02 basis poin (bps) menjadi level 66,68 bps pada 16 September. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik ke level 6,14% pada 17 September di tengah penurunan yield obligasi pemerintah AS atau US treasury tenor 10 tahun ke level 1,338%.

Seiring dana asing yang kabur, nilai tukar rupiah berhasil ditutup melemah ke posisi Rp 14.223 per dolar AS dibandingkan posisi minggu lalu Rp 14.203 per dolar AS. Pergerakan rupiah sepekan terakhir terutama dipengaruhi rilis sejumlah data ekonomi AS yang mendukung makin kuatnya wacana tapering off bank sentral AS alias The Federal Reserve (Fed).

Sentimen dimulai dari rilis inflasi AS bulan Agustus yang terpantau masih tinggi sekalipun melambat yakni 5,3% secara year-on-year (yoy), lebih kecil dari 5,4% bulan sebelumnya. Meski begitu kenaikan harga-harga bulan lalu masih jauh di atas target Fed tahun ini 2%. Secara bulanan juga melambat, inflasi Agustus 0,3% turun dari 0,5% bulan Juli.

Komponen inflasi inti, yang tidak menghitung kenaikan harga bahan pangan volatile dan energi, naik tipis 0,1% secara bulanan. Capain ini tercatat sebagai paling lambat sejak Februari dan lebih lemah dari inflasi komponen inti 0,3% pada Juli. Sementara secara tahunan, inflasi inti 4% setelah kenaikan tahunan 4,3% bulan sebelumnya.

"Inflasi tetap sangat kuat, bahkan jika tidak meledak seperti yang terjadi di awal tahun. Jika kita terus melihat penurunan inflasi lebih lanjut selama enam bulan ke depan, itu akan mengurangi tekanan pada Fed untuk segera tapering off dengan kenaikan suku bunga," kata wakil kepala ekonom di Aberdeen Standard Investments di Boston James McCann seperti dikutip dari Reuters, Selasa (14/9).

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...