RI - Jerman Kebut Proyek Infrastruktur Ramah Lingkungan, Apa Saja?
Indonesia dan Jerman mengumumkan inisiatif kerja sama strategis untuk mempercepat dan mengimplementasikan proyek infrastruktur hijau atau Green Infrastructure Initiative (GII). Hal tersebut disampaikan pada rangkaian acara di Paviliun Indonesia pada COP 26 Climate Change Conference, Selasa lalu (2/11).
Direktur Jenderal Kementerian Federal Bidang Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) Claudia Warning mengatakan GII merupakan babak baru dalam investasi infrastruktur yang relevan dengan lingkungan dan iklim.
"Kami berharap dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi dan efektivitas upaya kami untuk memerangi perubahan iklim, sejalan dengan urgensi yang kita semua sadari," kata Warning dalam keterangan resminya, Kamis (4/11).
Indonesia akan mempersiapkan proyeknya, sedangkan Jerman akan memprioritaskan dukungan teknis dan finansial. Warrning menyatakan, dengan cara ini, para mitra RI mendapatkan kejelasan implementasi investasi tersebut.
Salah satu yang masuk dalam prioritas GII adalah Provinsi Jawa Barat. Gubernur Jabar Ridwan Kamil akan membuat gugus tugas untuk merealisasikan inisiatif GII senilai Rp 44 triliun di wilayahnya.
"Hal seperti ini belum ada dalam pola pikir semua orang dan itulah mengapa edukasi mengenai inisiatif hijau ini tidak mudah,” kata pria yang akrab disapa Kang Emil tersebut.
Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) sudah lebih dulu mengadakan pertemuan dengan Ridwan Kamil pada Oktober lalu. Pertemuan ini bertujuan untuk menyampaikan progres dari GII di Provinsi Jawa Barat.
“Kami ingin mengucapkan apresiasi kepada Jawa Barat, karena selalu aktif dalam rangkaian pembahasan mengenai GII,” kata Asisten Deputi Pengelolaan DAS dan Konservasi SDA M. Saleh Nugrahadi.
Pertemuan lalu dilanjutkan oleh pemaparan mengenai proyek-proyek infrastruktur di Jawa Barat yang diusulkan untuk masuk kedalam studi kelayakan awal GII. Proyek-proyek tersebur tercakup ke dalam tiga sektor, yaitu pengelolaan sampah padat, pengelolaan air dan air limbah, serta transportasi publik di perkotaan.
Selain pertemuan tersebut, Saleh juga akan mengunjungi sungai Citarum untuk menunjukkan pemda dan konsultan GII pengelolaan air limbah di sana. Ia juga berharap pembenahan sungai terpanjang di Jabar itu bisa menginspirasi daerah lain.
“Seperti Bengawan Solo misalnya, mengenai praktik baik pengelolaan daerah aliran sungai. Layaknya Citarum Harum, Jawa Tengah dan Jawa Timur juga bisa mempunyai Bengawan Solo Ayu,” kata dia.
Sebagai informasi, GII adalah inisiatif bilateral strategis yang mutakhir antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Federal Jerman yang disepakati pada tahun 2019 di Berlin. Kerja sama keuangan ini berlangsung lima tahun dan bernilai 2,5 miliar euro atau sekitar Rp 41,4 triliun untuk mendukung proyek infrastruktur yang relevan dengan lingkungan dan iklim.
GII diketuai bersama oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (CMMAI) dan Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Federal Jerman (BMZ).
Tujuan dari GII adalah untuk mempromosikan pengembangan proyek infrastruktur yang relevan dengan lingkungan dan iklim di tiga sektor, yakni pengelolaan limbah padat, pengelolaan air dan air limbah, dan angkutan umum perkotaan. Saat ini, GII beroperasi di empat provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.