Jokowi Bangun Pabrik Bahan Baku Panel Surya & Semikonduktor di Jateng
Pemerintah tengah mendorong transisi dari energi fosil menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT). Presiden Joko Widodo mengatakan, Indonesia tengah membangun pabrik polisilikon dengan kapasitas 40 ribu ton.
Adapun, polisilikon menjadi bahan baku dasar untuk membangun solar cell atau panel surya. "Dalam tahun ini, kita akan membangun fasilitas chip design dan pabrik polisilikon di Jawa Tengah," kata Jokowi dalam B20 Indonesia Inception Meeting 2022, Kamis (27/1) malam.
Pada tahap awal, hasil produksi pabrik itu akan dimanfaatkan untuk kebutuhan solar cell. Namun pada beberapa tahun berikutnya, hasil produksi pabrik akan digunakan untuk semikonduktor.
Sebagai informasi, semikonduktor merupakan benda yang hanya bisa menghantarkan listrik pada suhu yang tinggi. Namun, Jokowi tidak menjelaskan secara detail investor maupun nominal investasi pabrik polisilikon tersebut.
Dalam kesempatan itu, Kepala Negara juga mendorong B20 untuk berkontribusi dalam upaya mempercepat transformasi energi. Apalagi, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya mineral logam yang diperlukan untuk transisi menuju ekonomi hijau.
"Kami (RI) kaya akan nikel, bauksit, timah, dan tembaga. Kami memastikan akan menyuplai cukup bahan-bahan tersebut untuk kebutuhan dunia," ujar dia.
Sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, nilai realisasi investasi Indonesia pada triwulan IV 2021 sebesar Rp 241,6 triliun. Dari jumlah itu, nilai Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp 122,3 triliun, setara dengan 50,6% dari total investasi Indonesia. Sementara, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 119,3 triliun atau berkontribusi 49,4% dari total realisasi investasi di Tanah Air.
Tingginya realisasi PMA dikarenakan ekonomi dunia sudah mulai pulih. Peningkatan realisasi PMA sebesar 18,5% secara kuartalan (quartal to quartal/QtQ) dan 10,1% secara tahunan (year on year/yoy).
Kendati demikian, kinerja PMDN meningkat sebesar 5,1% (QtQ). Adapun secara tahunan tumbuh 15,2% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan PMA.
BKPM juga mencatat persebaran investasi juga mulai tidak bertumpu di Pulau Jawa. Sebanyak Rp 127,5 triliun atau 52,8% investasi Indonesia berada di luar Pulau Jawa. Sementara di Pulau Jawa sebesar Rp 114,1 triliun atau 47,2%.