Rasio Dokter di Indonesia Kalah dari Myanmar dan Timor Leste

Ameidyo Daud Nasution
3 Februari 2023, 14:41
dokter, rasio dokter, peringkat dokter indonesia
ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/hp.
Mahasiswa mempraktikkan keterampilan klinik dasar saat perkuliahan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (8/12/2022).

Kurangnya jumlah dokter masih menjadi masalah di Indonesia. RI bahkan memiliki peringkat yang lebih rendah dalam rasio dokter per jumlah penduduk jika dibandingkan negara tetangganya.

Dalam peringkat di laman Index Mundi, Indonesia berada di posisi 139 dunia. Adapun rasio dokter per seribu penduduk RI hanya 0.47 orang.

Index Mundi menghimpun data dari Global Health Workforce Statistics milik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Peringkat rasio dokter di Indonesia bahkan berada di bawah negara tetangganya. RI berada di belakang Singapura (ranking 75), Brunei (ranking 97), Malaysia (ranking (100), Thailand (ranking 118), Vietnam (ranking 118), Timor Leste (ranking 127), dan Myanmar (ranking 129).

Namun, angka yang diperoleh Indonesia menunjukkan tren kenaikan. Sebagai perbandingan, skor rasio dokter di RI pada 2010 masih mencapai 0.243 per 1.000 penduduk.

Sedangkan peringkat pertama rasio dokter dibandingkan penduduk berada di Kuba dengan angka 8.42 dokter per seribu penduduk. Adapun Somalia berada di ranking terbawah dengan rasio 0.02 dokter per seribu penduduk.

Ada 194 negara yang mengikuti survei ini. Meski demikian, tahun publikasi tiap negara berbeda-beda. Sebagai contoh, Indonesia menggunakan data tahun 2019, berbeda dengan Malaysia yang memakai data 2015.

WHO dalam laporannya tahun 2006 telah menetapkan standar minimal rasio dokter. Mereka mensyaratkan tiap negara memiliki 2.5 dokter serta perawat per 1.000 penduduk untuk dapat dikatakan mampu menyediakan layanan kesehatan memadai.

Salah satu yang menjadi masalah di Indonesia adalah kekurangan dokter spesialis. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan hal tersebut berdampak pada ribuan anak bayi yang mengalami kelainan jantung meninggal.

"Tidak ada dokter spesialis yang cukup untuk melakukan operasi jantung bayi," kata Budi dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/1).


Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...