Wabah virus corona sudah mulai berdampak pada perekonomian Indonesia, salah satunya pada investasi. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mencontohkan investasi dari Uni Emirat Arab melalui Emirates Global Aluminium (EGA) sempat hampir batal.
"Kemarin kerja sama Indonesia dengan Abu Dhabi bisa saja batal. Mereka mungkin tidak tahu Indonesia aman atau tidak. Ini akhirnya menghambat investasi," ujar Erick saat ditemui di Jakarta, Senin (9/2).
Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo akan memanggil seluruh menteri pada rapat terbatas, besok (10/02). Rapat tersebut akan membahas upaya pencegahan dampak negatif virus corona terharap perekonomian, termasuk investasi.
Erick juga telah mengadakan rapat dengan internal Kementerian BUMN terkait dampak virus corona terhadap bisnis perusahaan-perusahaan negara. Salah satu yang menjadi perhatian Erick adalah bahan baku BUMN farmasi yang kemungkinan terganggu karena berasal dari Tiongkok.
"Kalau bahan bakunya enggak dikirim, bikin obat apa," ungkap dia.
(Baca: Menyoal Keraguan atas Kemampuan Indonesia Mendeteksi Virus Corona)
Dampak virus corona juga telah terlihat pada industri pariwisata, karena terjadi penurunan wisatawan asing, terutama dari Tiongkok. Erick pun meminta seluruh BUMN untuk saling berkoordinasi.
Lembaga pemeringkat global, Standard and Poors (S&P) sebelumnya menurunkan proyeksi pertumbuhan Tiongkok pada tahun ini dari sebelumnya 5,7% menjadi 5% akibat terdampak wabah virus corona. Proyeksi tersebut juga lebih rendah dari posisi tahun lalu sebesar 6,1%.
(Baca: Ekonomi RI Tahun Lalu Tumbuh Terendah Sejak 2015, Berikut Faktornya)
Dampak virus corona bakal sangat terasa pada kuartal pertama tahun ini. Ekonomi Tiongkok diperkirakan baru mulai pulih pada kuartal ketiga tahun ini. Adapun proyeksi S&P ini dibuat dengan asumsi dasar bahwa krisis virus corona akan stabil secara global pada Maret 2020 dengan hampir tidak ada penyebaran baru pada April.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut setiap perlambatan ekonomi Tiongkok sebesar 1%-2% akan memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,1% hingga 0,3%.