Bursa Calon Dirut Garuda, dari Susi Pudjiastuti hingga Ignasius Jonan
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mencopot Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Ari Ashkara terkait kasus penyeludupan Harley Davidson dan Brompton menggunakan pesawat baru perusahaan.
Beberapa nama pun muncul sebagai kandidat penggantinya. Di Twitter, netizen menjagokan Susi Pudjiastuti yang selain pernah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, juga memiliki maskapai Susi Air. Selain itu, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan juga disebut layak menggantikan Ari Askhara.
(Baca: Mantan Menteri ESDM Jonan Dinilai Cocok Jadi Dirut Garuda)
Hanya, Kementerian BUMN belum mau mengomentari dua nama yang masuk bursa calon Direktur Utama maskapai pelat merah itu. "Sampai saat ini, kami belum ada tentukan siapa yang bakal mengisi Dirut maupun Direksi Garuda," kata Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga kepada Katadata.co.id, Minggu (8/12).
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI), Arya mengatakan, penunjukkan bakal dilakukan pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar 45 hari setelah diajukan. "Kami baru mau mengusulkan RUPSLB itu besok Senin," katanya.
Sedangkan, Pengamat BUMN sekaligus Kepala Lembaga Manajemen FEB UI Toto Pranoto menilai, Ignasius Jonan lebih cocok dibandingkan dengan Susi Pudjiastuti mengisi kursi kosong Direktur Utama Garuda. Menurutnya, kepemimpinan Jonan saat menjabat sebagai Direktur Utama Kereta Api Indonesia bisa menjadi referensi.
Sedangkan Susi, meski memiliki pengalaman di dunia penerbangan sebagai pemilik maskpai Susi Air, namun dinilai belum tentu cocok dengan kebutuhan Garuda saat ini. "Apalagi, juga kemungkinan benturan kepentingan sangat tinggi," kata Toto.
(Baca: KPK Siap Supervisi Kasus Penyelundupan Harley dalam Pesawat Garuda)
Menurutnya, Garuda perlu memiliki sosok pemimpin dengan karakteristik kuat, punya integritas tinggi, memahami bisnis penerbangan, pandai berinovasi, serta mampu mengelola manajemen. Garuda dinilai perlu perombakan total karena memiliki sejarah yang menghimpit, efek dari kasus Emirsyah Satar dan sekarang Ari Ashkara.
"Seolah terjadi stigma di publik bahwa praktik good corporate governance di Garuda lemah sekali. Reputasi perusahaan sangat terganggu, apalagi ini perusahaan publik," katanya.
Beredarnya nama-nama calon Direktur Utama Garuda tersebut, dinilai oleh Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus bisa mempengaruhi laju harga saham Garuda Indonesia di pasar modal. Respons positif terhadap sosok pemimpin baru Garuda bisa mendongkrah harga saham perusahaan pelat merah itu.
Apalagi, sepanjang pekan lalu harga saham Garuda telah terkoreksi hingga 10,37% akibat ulah pimpinannya. "Karena seorang pemimping akan menjadi tolok ukur sebuah perusahaan apakah akan mengalami pertumbuhan atau tidak," kata Nico.
Secara analisa teknikal, saham Garuda Indonesia pada perdagangan sepekan mendatang berpotensi bergerak di rentang antara level Rp 462 per saham hingga Rp 495 per saham. Namun, Nico menyarankan investor untuk memilih saham lain dengan prospek yang lebih baik jika tidak berani mengambil risiko penurunan yang lebih dalam.
(Baca: Komisaris Berhentikan Direksi Garuda yang Terkait Penyelundupan Harley)