Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengeluhkan mati listrik total yang terjadi di sebagian pulau Jawa dan Jabodetabek. Pasalnya, pemadaman tersebut membuat pelaku usaha perhotelan terbebani dengan ongkos pengadaan solar untuk bahan bakar mesin genset listrik.
Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) PHRI, Rainier Daulay mengatakan bahwa jarang sekali ada perhotelan yang menyimpan stok bahan bakar solar untuk penggunaan selama 12 jam atau bahkan 24 jam dalam setiap pemakaiannya.
"Anda bayangkan gak? Kalau solarnya habis pasti hotel harus beli ke SPBU, tapi SPBU-nya tidak bisa jual karena tidak ada listrik, jadi berentet," katanya ketika dihubungi Katadata.co.id.
Menurutnya, pemadaman listrik ini dapat menurunkan citra hotel, baik yang menyandang bintang tiga sampai bintang lima. Dia pun menyarankan agar pemerintah segera menyelidiki peristiwa ini. Pasalnya, baru kali ini terjadi pemadaman listrik total di sebagian pulau Jawa dan Jabodetabek sejak kejadian yang sama pada 17 tahun lalu di Pulau Jawa dan Bali.
(Baca: Pengusaha Hotel Dukung Jokowi Buka Pintu bagi Maskapai Asing)
Pengaruhi Daya Tarik Investasi
Sementara itu Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi menyebut, padamnya listrik sejak hari Minggu,(4/8) kemarin, bukan hanya memberikan dampak negatif bagi konsumen residensial saja tetapi juga kepada pelaku usaha.
Tulus mengungkapkan padamnya listrik di Jabodetabek ini menurutnya akan menjadi sinyal buruk bagi daya tarik investasi di Jakarta bahkan Indonesia. "Kalau di Jakarta saja seperti ini, bagaimana di luar Jakarta dan atau di luar pulau Jawa?," ungkap Tulus ketika dihubungi Katadata.co.id, Senin, (5/8) pagi.
Tulus juga menyesalkan pemadaman listrik total yang terjadi sejak kemarin, bahkan ada sebagian daerah masih mengalami pemadaman listrik pada pagi hari tadi. Menurutnya PLN selaku pihak yang diberikan tanggung jawab atas hal ini, dinilai tidak handal dalam mengelola infrastruktur pembangkit listriknya.
Karena persoalan tersebut, YLKI meminta pemerintah tidak hanya menambahkan daya kapasitas pembangkit milik PLN tapi juga harus meningkatkan kehandalan PLN. "Serta infrastruktur pendukung lainnya seperti transmisi, gardu induk gardu distribusi dan lain-lain," kata Tulus.
(Baca: Masalah Tenaga Kerja di Balik Tumbuhnya Bisnis Perhotelan)