Rugi Bersih Hero Supermarket Turun 33% Pada Kuartal I 2018

ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hero Group hingga 31 Maret 2018, telah mengoperasikan 448 gerai yang terdiri dari 58 Giant Ekstra, 102 Giant Ekspres, 31 Hero Supermarket, 3 Giant Mart, 253 Guardian Health & Beauty, dan satu gerai IKEA.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
3/5/2018, 13.10 WIB

PT Hero Supermarket Tbk (HERO) membukukan rugi bersih sebesar Rp 4 miliar pada kuartal pertama 2018, turun 33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6 miliar. Penurunan rugi bersih ini salah satunya  ditopang oleh peningkatan margin dan penurunan biaya. 

Presiden Direktur Hero Supermarket Stephane Deutsch mengatakan industri ritel modern hingga kuartal pertama 2018 masih tetap menantang. Perubahan perilaku konsumen ke arah penghematan mengakibatkan  konsumsi rumah tangga harian masyarakat menurun, sehingga ikut  mempengaruhi bisnis Hero Supermarket.

(Baca :  Manuver Retail Modern di Tengah Perubahan Gaya Hidup)

Pada kuartal pertama I 2017, total penjualan Hero turun 2% menjadi Rp 3,04 triliun dibanding kuartal I 2017 sebesar Rp 3,10 triliun yang utamanya disebabkan oleh turunnya penjualan dari bisnis makanan sebesar 7% menjadi Rp 2,45 miliar seiring dengan penutupan gerai serta penjualan like-for-like yang negatif  turut menghasilkan kerugian operasional perseoran sebesar Rp 87 miliar diluar biaya-biaya perseroan yang tidak dialokasikan, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 56 miliar.

Meski demikian, penjualan produk non-makanan Hero di kuartal I tercatat meningkat 22% menjadi Rp 589 miliar sejalan dengan peningkatan kinerja Guardian dan IKEA. Laba operasional pun tumbuh  menjadi sebesar Rp 87 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 63 miliar.

Sementara arus kas bebas Hero untuk kuartal pertama 2018 yang juga tercatat  negatif Rp 30 miliar dibandingkan dengan tahun lalu negatif Rp 103 miliar seiring dengan turunnya alokasi belanja modal. Per 31 Maret 2018, Hero memiliki kas bersih sebesar Rp 197 miliar, dibandingkan dengan Rp 226 miliar pada akhir tahun sebelumnya.

Menghadapi kondisi perdagangan yang menurun sehingga  menyebabkan pertumbuhan penjualan  pada bisnis makanan perusahaan negatif di kuartal I lalu,  akan diantisipasi perusahaan lewat sejumlah strategi. "Perusahaan terus memperbarui kegiatan promosi, di samping juga meninjau keragaman produk dan strategi penetapan harga untuk meningkatkan daya saing di semua format toko," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (2/5).

(Baca : Pengusaha Retail Targetkan Raih 45% Omzet Saat Lebaran)

Selain itu, kegiatan cuci gudang untuk produk general merchandise juga diklaim telah memberi hasil positif di kuartal pertama. Sementara di lini bisnis kesehatan dan kecantikan melalui gerai Guardian, perusahaan akan membuka pusat distribusi kedua pada akhir tahun ini untuk memenuhi peningkatan permintaan.

Pada bisnis IKEA, perusahan menuturkan ekspansi perushaaan ke segmen online telah menunjukan hasil yang positif, khususnya dalam mendukung pertumbuhan penjualan serta jumlah pengunjung gerai offline IKEA di Alam Sutera, Tangerang.

Hingga 31 Maret 2018, perseroan tercatat telah mengoperasikan 448 gerai yang terdiri dari 58 Giant Ekstra, 102 Giant Ekspres, 31 Hero Supermarket, 3 Giant Mart, 253 Guardian Health & Beauty, dan satu gerai IKEA.