Merek-merek furniture Skandinavia semakin agresif masuk ke pasar Indonesia. Setelah Ikea dan JYSK, kini brand asal Denmark Hay berancang-ancang membuka gerai pertamanya di Nusantara.
PT Bahana Wisesa Intiberkat (BWI) sebagai pemegang lisensi Hay akan tes pasar dengan membuka Pop-Up Market di Pacific Place Jakarta pada 1-8 Desember mendatang.
Business Development Director BWI Billy Widjaya menyatakan, Hay akan mengincar segmen pasar millenial. "Pop-Up Market tidak cuma tes pasar, tetapi untuk pengenalan," kata Billy kepada wartawan di Showroom BWI, Jalan Panjang, Jakarta , Kamis (9/11).
(Baca juga: IKEA dan Guardian Bantu Hero Raup Laba Rp 70 Miliar)
Ia menyebut, cara produk Hay masuk ke tiap negara adalah dengan pop-up store dan waktunya berbeda-beda. Ia mencontohkan, pameran di Thailand memakan waktu 3 bulan, sementara di Indonesia hanya sepekan.
Dalam waktu yang terbilang singkat itu, Billy optimistis akan dapat menarik perhatian anak muda. Sebab, kampanye juga akan dilakukan secara digital, termasuk lewat media sosial.
Jika respons pasar sesuai harapan, BWI akan melanjutkan upayanya untuk mendapatkan lisensi retail dari Hay. Billy menyatakan, standar Hay mewajibkan pembukaan gerainya di mal-mal kelas menengah – atas.
"Kami akan buat studi kasus beberapa mal segmentasi premium, mungkin di Plaza Indonesia, Pacific Place, dan Plaza Senayan, nanti mereka akan survei dan putuskan," ujar Billy lagi.
(Baca juga: IKEA Buka Gerai Kedua di Cakung Sekaligus Kembangkan E-Commerce)
Ia optimistis Hay masih dapat bersaing dengan produk furnitur lain yang juga berasal dari Skandinavia seperti Ikea dan JYSK. Menurutnya, desain Hay lebih segar karena tidak ada nilai yang harus dipertahankan. Produk Hay bahkan tidak harus berasal dari rancangan desainer Denmark.
"Mereka sangat terbuka dengan konsep-konsep baru yang unik dari negara mana saja, tidak terbatas," tutur Billy.
President Director BWI Charles Sutanto menyebutkan produk Hay terhitung baru dibanding kompetitornya. Dibangun pada 2002, Hay langsung menarik perhatian para penggemar desain global.
Ia mencontohkan, harga kursi beragam dari yang paling murah Rp 5 juta sampai di atas Rp 10 juta. Ada juga meja kayu yang harganya mencapai Rp 25 juta. "Desain Skandinavia harganya terjangkau dan keberlangsungannya lebih lama," ujar Charles.