Investasi Hijau Dinilai Mampu Jadi Solusi Bisnis Usai Pandemi Corona

ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/aww.
Ilustrasi, Petani Hidroponik. Investasi hijau dinilai mampu jadi solusi perbaikan ekonomi pasca pandemi karena mampu mengintegrasikan produksi lokal dengan rantai pasok berkelanjutan.
Penulis: Rizky Alika
11/6/2020, 09.54 WIB

Investasi berkelanjutan atau lebih dikenal dengan investasi hijau, dinilai dapat menjadi solusi perbaikan ekonomi pasca pandemi virus corona atau Covid-19.

Investment Associate Tropical Landscapes Finance Facility (TLFF) Bangkit Oetomo menyebut, investasi hijau merupakan model bisnis yang akan terus berkembang. Bahkan, model bisnis ini ia katakan mampu mendominasi dunia usaha di masa depan.

"Model bisnis ini memberikan ruang bagi perusahaan untuk memperkuat sistem dan daya dukung mulai dari ketersediaan pasokan, perbaikan kualitas barang/komoditas, dan kepastian berbisnis untuk jangka panjang," kata Bangkit, dalam sebuah seminar daring atau webinar, Rabu (10/6).

Ia menambahkan, TLFF telah melihat dua parameter utama dalam melakukan pendanaan, yaitu dari sisi komersial dan pemberian dampak sosial serta lingkungan. Atas hal tersebut, ada prosedur due diligence dalam menganalisis potensi bisnis.

Berdasarkan hasil analisa TLFF, sektor komoditas memiliki beberapa potensi bisnis yang bisa dilanjutkan pasca pandemi covid-19, seperti mendesain bisnis model yang mengintegrasikan produksi lokal dengan rantai pasok berkelanjutan.

Potensi lainnya adalah, pembangunan model bisnis yang inklusif seperti mendesain model untuk kerjasama antara sektor swasta dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Selain itu, ada juga potensi bisnis pasca pandemi seperti pemberian kredit penanaman kembali (replanting) bagi petani, untuk meningkatkan ketahanan sumber mata pencaharian di daerah.

(Baca: Pandemi Covid-19 Berpotensi Dorong Investasi Hijau di Indonesia)

Inisiatif Dagang Hijau (IDH) menyebut, proyek yang dikelola bersama mitra pelaksana bisa berjalan dengan baik. Catatan IDH menyebutkan mitra swasta berkontribusi hingga 70% terhadap total proyek, selebihnya merupakan kontribusi dari IDH dalam mendorong dan mempertemukan pihak terkait tersebut.

Ketua Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) Fitrian Ardiansyah mengatakan ia melihat momentum pandemi ini semakin menguatkan keberadaan bisnis berbasis investasi hijau di tanah air.

"Model bisnis investasi hijau memberikan dampak bagi pemberdayaan petani/nelayan selaku pelaku di sektor hulu," kata Fitrian.

Selain itu, model bisnis hijau memastikan perlindungan lingkungan, seperti hutan dan gambut. Dengan demikian, lanjut dia, model bisnis ini membantu daya tahan masyarakat dan daya dukung lingkungan yang penting dalam menghadapi pandemi.

Yayasan IDH pun memiliki beberapa contoh praktik investasi hijau yang membawa dampak positif selama pandemi ini. Pertama, meningkatnya permintaan terhadap madu kelulut di hutan desa Padang Tikar, Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Kedua, adanya diversifikasi pendapatan yang diperoleh petani swadaya kelapa sawit berkelanjutan di Jambi. Ketiga, manfaat aplikasi bernama Jala yang berhasil memperluas dan membuka pasar domestik baru bagi petambak udang di Banyuwangi.

(Baca: Optimisme Pemulihan Ekonomi Pasca Covid-19 Dongkrak Bursa Saham Global)

Reporter: Rizky Alika