Ada Normal Baru, Bisnis dan Serapan Tenaga Kerja Perhotelan Masih Lesu

ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/pras.
Pekerja membersihan kamar dengan disinfektan di Hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta, Jumat (5/6/2020). Bisnis perhotelan dan serapan tenaga kerja sektor ini belum pulih meski telah masuk fase normal baru.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Ekarina
13/7/2020, 16.02 WIB

Seperti diketahui, pandemi corona memukul sektpr perhotelan. Asosiasi sebelumnya mencatat, terdapat 737 hotel yang tutup atau sementara tutup di lima wilayah Indonesia akibat penyebaran virus corona (Covid-19).

(Baca: Pengusaha Hotel Keluhkan Tak Ada Subsidi Listrik bagi Industri)

Rinciannya, sebanyak 304 hotel di Jawa Barat, 170 di Bali, dan 98 di D.I Yogyakarta. Selanjutnya, terdapat 90 hotel di Jakarta dan 75 di Nusa Tenggara Barat. Dengan banyaknya tekanan ini, pengusaha pun meminta pemerintah memberikan stimulus untuk menopang bisnis perhotelan agar tak gulung tikar selama pandemi.

Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri Indonesia memperkirakan pemulihan bisnis di sektor perhotelan membutuhkan waktu setidaknya setahun setelah pandemi virus corona atau Covid-19 mampu dikendalikan.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan upaya pemerintah menerapkan kebiasaan baru atau new normal pun tak serta merta meningkatkan kunjungan wisata.

"Saya perkirakakan butuh satu tahun untuk pemulihan karena saat ini tidak ada yang mau datang ke hotel baik itu turis asing dan domestik saja sudah tidak mau," kata Shinta dalam diskusi daring di Jakarta, Senin (8/6).

Shinta mengatakan semua pengusaha harus bersiap-siap menghadapi berbagai macam perubahan yang bakal terjadi setelah pandemi untuk menyelamatkan bisnis. Perubahan tersebut, di antaranya yakni fleksibilitas dalam berinovasi, stabilitas dalam menjaga perilaku pasar dan komunikasi kepada seluruh pemangku kepentingan untuk membangun kepercayaan.

Upaya itu harus segera diterapkan pengusaha untuk menjaga kelangsungan bisnis. "Peningkatan persaingan usaha harus dilakukan baik itu perdagangan maupun investasi antarnegara dan ini kita bersaing dengan negara lain jadi semakin ketat dan bagaimana kita bisa bersaing dengan lebih kompetitif lagi," kata dia.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika