PT Kilang Pertamina Internasional mengumumkan sinergi dengan PT Kimia Farma Tbk. Sinergi ini untuk mengoptimalkan potensi nilai tambah pengolahan produk turunan petrokimia menjadi bahan baku farmasi, seperti paracetamol.
Anak usaha PT Pertamina di bidang Refinery and Petrochemical ini menandatangani nota kesepahaman (MoU) bersama Kimia Farma, untuk menggali potensi kerjasama pengembangan industri penyedia bahan baku farmasi.
Penandatanganan MoU dilakukan secara virtual antara Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Ignatius Tallulembang dan Direktur Utama Kimia Farma, Verdi Budidarmo.
Acara penandatanganan tersebut turut disaksikan oleh Wakil Menteri Badan Usaha MIlik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati dan Direktur Utama PT Biofarma Tbk Honesti Basyir.
"Sinergi ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo, yang ingin meningkatkan kemandirian industri farmasi nasional. Pemerintah berharap kesepakatan ini dapat ditindaklanjuti segera menjadi kerjasama yang lebih konkrit," kata Budi Gunadi Sadikin, dalam siaran pers, Sabtu (25/7).
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan sesuai arahan pemerintah untuk mengurangi impor bahan baku farmasi, Pertamina telah menetapkan bahwa produk petrokimia menjadi lini bisnis andalan di masa depan ketika terjadi transisi energi.
“Untuk itu, Pertamina mencoba identifikasi peluang untuk masuk pada bahan baku farmasi dan logistik. Kimia Farma dan Pertamina sendiri sudah melakukan penjajakan,” ujarnya.
Menurutnya, secara teknis Pertamina telah melakukan kajian awal proyek dan selanjutnya kolaborasi bersama Kimia Farma untuk diformulasikan dalam bentuk perjanjian kerja sama. Untuk mendukung realisasinya, Kilang Cilacap sudah dipersiapkan dan salah satunya untuk pengolahan Petrokimia menjadi bahan baku farmasi.
Setelah di Kilang Cilacap, dapat dilanjutkan di kilang lainnya dengan skala dan jenis yang lebih banyak lagi, karena salah satu fokus bisnis Pertamina di masa depan adalah sektor petrokimia.
Pertamina akan fokus melanjutkan pembangunan kilang yang berada di Cilacap dan Tuban. Hal ini karena Pertamina telah siap mengintegrasikan kilang TPPI dengan mega proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Integrasi ini bertujuan meningkatkan efisiensi dari sisi pengeluaran operasional maupun modal.
Seperti diketahui, Pertamina saat ini memiliki 51% saham Tuban Petro, induk usaha TPPI. Restrukturisasi Tuban Petro merupakan bagian dari upaya perseroan mengutamakan aspek fleksibilitas.
Mode produksi kilang pun bisa beralih, baik untuk produksi petrokimia ataupun Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti gasoline. Hal ini membuat produksi kilang dapat menyesuaikan dengan permintaan.