Peta Kekuatan Politik Jawa Barat dan Jawa Tengah Jelang Pencoblosan

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Ilustrasi konvoi kampanye para pendukung pilkada serentak.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
8/6/2018, 09.27 WIB

Lembaga Charta Politika merilis survei terbaru mengenai peta kekuatan politik pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Barat dan Jawa Tengah menjelang pencoblosan 27 Juni nanti.

Dalam Pilgub Jawa Barat, Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi masih bersaing menempati posisi teratas. Emil-UU saat ini masih unggul dengan perolehan suara sebesar 37,3%. Elektabilitas mereka hanya terpaut 2,8% dengan Deddy-Dedi yang sebesar 34,5%.

Sementara dalam kancah Pilgub Jawa Tengah, elektabilitas pasangan Ganjar Pranowo – Taj Yasin Maimoen jauh mengungguli Sudirman Said – Ida Fauziyah. Perbedaan elektabilitas di antara kedua pasangan calon bahkan cukup jomplang.

Berikut peta kekuatan politik di Jawa Barat dan Jawa Tengah versi survei Charta Politica.  (Baca juga: Jelang Pilgub, Survei Elektabilitas Gus Ipul dan Khofifah Terpaut 1%)

Pendukung Sudrajat-Syaikhu tidak solid

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyatakan pasangan TB Hasanuddin-Anton dan Sudrajat-Syaikhu masih berada di posisi bawah lantaran partai politik pendukungnya belum solid. Sebanyak 40,8% pendukung PDIP yang mengusung TB Hasanuddin-Anton terbelah memilih pasangan Deddy-Dedi.

Adapun, 44,3% pendukung Gerindra yang mengusung Sudrajat Syaikhu malah memberikan pilihannya kepada Emil-UU. Sebanyak 34,1% pendukung Gerindra menetapkan pilihannya kepada Deddy-Dedi. Hanya 14,2% pendukung Gerindra yang memilih Sudrajat-Syaikhu.

Selain PDIP dan Gerindra, suara pendukung PAN yang mendukung Sudrajat-Syaikhu juga terbelah. Yunarto memaparkan, 55% pendukung PAN menetapkan pilihannya kepada pasangan Emil-UU. Hanya 25% yang memberikan dukungan kepada Sudrajat-Syaikhu.

“Ini menjelaskan bagaimana faktor partai menjadi faktor sekunder, bukan faktor utama untuk menentukan hasil yang ada di Pilkada Jawa Barat,” kata Yunarto.

(Baca juga: Faktor di Balik Tingginya Elektabilitas Emil-Uu dalam Survei SMRC)

Dengan begitu, Yunarto menilai saat ini pertarungan di Pilkada Jawa Barat lebih berfokus pada kekuatan tokoh. Selain itu, faktor lain yang akan mendukung penentuan kemenangan pasangan calon, yakni jaringan politik, kekuatan relawan, serta kultur dari masyarakat Jawa Barat.

“Kekuatan partai memiliki pola yang tidak bisa terbaca,” kata Yunarto. 

Charta Politika mengadakan survei Pilgub Jawa Barat pada 23-29 Mei 2018  yang  melibatkan 1200 responden. Metode yang digunakan multistage random sampling dengan margin of error +/- 2,8% dan tingkat kepercayaan 95%. Quality control dilakukan terhadap 20% sampel.

Ganjar-Yasin di atas angin

Dari hasil survei terbaru Charta Politica, pasangan Ganjar-Taj Yasin mendapatkan perolehan elektoral hingga 70,5%. Sementara elektabilitas pesaingnya, Sudirman-Ida, hanya sebesar 13,6%. Perolehan suara yang dimiliki Sudirman-Ida bahkan lebih kecil dari jumlah responden yang belum menentukan pilihannya sebesar 15,9%.

Dalam survei yang pada 23-29 Mei 2018 ini, Charta Politika melibatkan 1200 responden di seluruh Jawa Tengah. Metode yang digunakan multistage random sampling dengan margin of error +/- 2,8% dan tingkat kepercayaan 95%. Quality control dilakukan terhadap 20% sampel.

Yunarto mengatakan, rendahnya elektabilitas Sudirman-Ida lantaran tingkat pengenalannya yang masih cukup rendah. Tingkat pengenalan masyarakat Jawa Tengah terhadap Sudirman hanya sebesar 41,2% dengan kesukaan mencapai 91,9%. Ida memiliki tingkat pengenalan sebesar 27,9% dengan tingkat kesukaan mencapai 93,1%.

Adapun, Ganjar yang merupakan petahana Gubernur Jawa Tengah memiliki tingkat pengenalan sebesar 86,8% dengan kesukaan mencapai 96,6%. Taj Yasin memiliki tingkat pengenalan mencapai 34,8% dengan kesukaan sebesar 95,9%.

“Bagaimana mungkin pertarungan apple to apple dari elektabilitas jika tingkat pengenalannya berbeda jauh. Ini yang jadi kesulitan dari Sudirman Said sebagai calon gubernur penantang inkumben,” kata Yunarto.

(Baca juga: Di Mana Kantong Suara Ganjar Pranowo?)

Yunarto mengatakan, jomplangnya elektabilitas dan tingkat pengenalan Sudirman-Ida dengan Ganjar-Taj Yasin lantaran waktu kampanye yang terbatas. Mereka harus berkampanye untuk dapat dikenali masyarakat Jawa Tengah hanya dalam waktu empat bulan.

Selain itu, Sudirman-Ida terhambat aturan pemasangan atribut kampanye. Saat ini pemasangan atribut kampanye hanya diperbolehkan untuk penyelenggara pemilu.

“Di situ banyak diskusi terjadi mengenai sulitnya penantang ketika tingkat pengenalan masih sangat kecil,” kata Yunarto.

Penyebab lainnya, pendukung Sudirman-Ida dianggap tak solid. Berdasarkan survei Charta Politika, hanya 54,2% pendukung Gerindra yang memilih Sudirman-Ida. Pendukung PKS hanya sebesar 40,4% yang mendukung Sudirman-Ida.

Adapun, PKB yang mendorong Ida berpasangan dengan Sudirman hanya memberikan basis suara sebesar 23,3%. Sebanyak 57,5% dari pendukung PKB memilik Ganjar-Taj Yasin.

“Massa PKB ternyata lebih banyak yang mendukung Taj Yasin yang juga mewakili NU,” kata Yunarto.