Pariwisata Labuan Bajo Meningkat, Pemerintah Benahi Bandara Komodo

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Sejumlah wisatawan berfoto di objek wisata Bukit Cinta, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Kamis (27/4). Bukit Cinta merupakan destinasi wisata yang menawarkan pemandangan matahari tenggelam (sunset).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
11/5/2018, 11.44 WIB

Pemerintah berencana memperpanjanga lintasan udara (runway) Bandara Komodo, Nusa Tenggara Timur sejauh 950 meter. Dengan penambahan ini, runway bandara kelas tiga ini menjadi 3.200 meter dengan lebar 30 meter.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso mengatakan penambahan dilakukan agar Bandara Komodo dapat menampung pesawat berbadan lebar (wide body). Saat ini, hanya pesawat berbadan kecil (narrow body) yang dapat mendarat di Bandara Komodo.

“Secara fisik, sekarang airport 2.250 meter. Tahap pertama menjadi 3.000 meter, ultimate-nya menjadi 3.200 meter,” kata Agus di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Rabu (9/5). (Baca juga: Kadin Dukung Rencana Pengelolaan Bandara oleh Swasta).

Menurut dia, peningkatan kapasitas ini guna menyesuaikan peningkatan pariwisata di Labuan Bajo. Destinasi tersebut menjadi salah satu lokasi pariwisata yang diprioritaskan dan masuk ke dalam program sepuluh Bali Baru.

Jumlah turis yang berkunjung ke Labuan Bajo melalui Bandara Komodo setiap tahun bertambah 30 persen. Namun Bandara Komodo hanya mampu menampung 800 ribu penumpang. “Nanti segera kami kembangkan menjadi dua sampai tiga kali lipat,” kata Agus.

(Baca pula: Kemenpar Kembangkan Wisata Digital Lewat 1001 Spot Instagramable).

Rencananya, pengembangan dilakukan setelah skema investasi melalui kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) selesai. Saat ini sudah ada beberapa investor yang berminat untuk terlibat dalam pengelolaan Bandara Komodo. Sebagaian dari mereka investor asing beberapa negara.

Selain pengembangan bandara, pemerintah berencana merelokasi terminal peti kemas dari Pelabuhan Labuan Bajo yang akan difokuskan untuk kapal penumpang dan wisata. Adapun kapal barang yang biasa bersender di terminal peti kemas dialihkan menjauh 20 kilometer ke Pelabuhan Bari di Kabupaten Mabar.

Ketua Tim Percepatan Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas Hiramsyah S Thaib mengatakan relokasi itu dilakukan mulai 2019. “Diharapkan tahun depan sudah ada pelaksanaan untuk proses pemindahan pelabuhan peti kemas sehingga betul-betul lokasi (Pelabuhan Bajo) yang ada hanya untuk pariwisata, tidak seperti sekarang,” kata Hiramsyah.