Tana Tidung Optimalkan Sumber Daya untuk Kesejahteraan Masyarakat

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Penulis: Anshar Dwi Wibowo - Tim Riset dan Publikasi
23/11/2020, 18.01 WIB

Kabupaten Tana tidung menempati peringkat ketiga dalam Indeks Daya Saing Daerah Berkelanjutan (IDSDB). Dalam indeks yang disusun Komisi Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) bersama dengan Katadata Insight Center, Tana Tidung mendapatkan skor 63,54.

Berdasarkan analisa KPPOD, nilai pilar ekonomi unggul pada Tana Tidung sebesar 66,43 atau masuk kategori tinggi. Nilai ini berada di atas rata-rata nasional (46,08). Sektor pertanian dan pertambangan memainkan peran besar bagi perekonomian daerah.

“Komoditas unggulan yang dikembangkan pada daerah ini adalah kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao dan lada,” ujar Analis Kebijakan KPPOD Herman Nurcahyadi Suparman, beberapa waktu lalu.

Selain itu, sektor pertambangan yakni batubara serta minyak dan gas bumi (migas) menjadi salah satu penopang terbesar dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dengan kemampuan fiskal, Pemerintah Kabupaten Tana Tidung mendorong percepatan pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur ekonomi. Sebanyak 57 persen dana perimbangan dari pusat misalnya, digunakan untuk pembangunan infrastruktur daerah.

Adapun selama 10 tahun menjadi daerah otonom, pembangunan infrastruktur jalan tidak hanya berfokus pada ibu kota, tetapi juga ke daerah pinggiran. Perbaikan ruas jalan meliputi rehabilitasi jalan, perawatan, dan pelebaran yang ditargetkan selesai pada akhir 2020.

Optimalisasi sumber daya lokal untuk perekonomian dan pembangunan juga membuat Tana Tidung tercatat sebagai daerah dengan tingkat kemiskinan terendah di Provinsi Kalimantan Utara. Anggaran daerah memang diprioritaskan untuk mendanai program-program yang mendukung pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.

Pembangunan yang dilakukan Pemkab Tana Tidur juga diselaraskan dengan lingkungan. Berdasarkan data KPPOD, nilai pilar lingkungan lestari Tana Tidung ialah 60,57. Nilai indeks ini berada pada peringkat atas (posisi ke-17).

“Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di Kabupaten Tana Tidung masih cukup bagus,” kata Herman.

Namun, ia menambahkan, yang masih menjadi catatan ialah rawan terhadap bencana longsor. Intensitas dan curah hujan yang tinggi (di atas rata-rata) menjadi salah satu penyebabnya. Data tahun 2019 menunjukkan terdapat 3,10 persen desa yang mengalami kejadian longsor. Sedangkan desa yang mengalami kejadian banjir sebesar 9,40 persen.

Halaman: