Tari tortor merupakan kesenian yang melekat pada masyarakat Medan, Sumatra Utara, dan selalu digelar dalam hampir setiap upacara adat.
Bagi masyarakat Batak, tari tortor memiliki nilai budaya sekaligus spiritual. Lewat tarian ini masyarakat menyatakan harapan dan doanya. Peragaan sikap dan perasaan melalui tarian ini melukiskan situasi dan kondisi yang sedang dialami.
Pementasan tortor selalu memiliki sifat situasional yang tercermin dari jenis tortor yang ditampilkan, seperti Tortor Sombasomba (peneyembahan), Tortor Simonangmonang(kemenangan), atau Tortor Habonaran (kebenaran).
Tarian yang dilestarikan oleh suku batak ini dimainkan dengan iringan alat musik gondang. Tortor berasal dari suara hentakan kaki para penari, ketika mereka tampil di papan rumah suku Batak. Pada zaman kolonial Belanda, tarian ini dipakai sebagai hiburan untuk para raja yang bersembunyi dari perlawanan terhadap tentara Belanda.
Ada berbagai jenis tarian tortor yang biasa ditampilkan, seperti Tortor Pangurason, Tortor Sipitu, dan Tortor Tunggal Panaluan.
Tari Tortor Pangurason dipakai sebagai tari pembersihan dan pesta besar. Tortor Sipitu Cawan ditampilkan ketika pengukuhan raja. Sedangkan, Tortor Panaluan digunakan ketika desa mendapat musibah. Para dukun akan mencari petunjuk untuk mengatasi masalah, sehingga tarian ini disajikan. Selain itu, ada juga tari tortor untuk upacara kematian suku Batak.
Tari tortor juga dipakai dalam upacara adat perkawinan yang disebut "horja haroan batu". Upacara adat ini merupakan pesta kedatangan pengantin di kediaman laki-laki. Tarian ini dilakukan setelah pidato adat. Dalam pernikahan adat, tari Tortor tidak boleh dilakukan berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Namun, ada juga jenis Tortor Naposo Nauli Bulung yang bisa dilakukan berpasangan, hanya saja penari harus berasal dari marga berbeda.
Gerakan Tari Tortor
Tari merupakan media berkomunikasi dan mengespresikan pesan-pesan moral dan estetika seni kepada orang yang menyaksikan, begitupun tari tortor. Berikut gerakan tari tortor:
Pangurdot
Pangurdot merupakan gerakan seluruh badan dengan pusat daya gerakannya bertumu pada telapak kaki dan tumit. Ketika tubuh bergerak ke atas atau ke bawah, secara bersamaan ujung telapak kaki pun bergerak ke kiri dan ke kanan.
Pangeal
Pangeal adalah gerakan yang dimulai dari pinggang, goting, dan samping kepala dengan bertumpu pada telapak kaki. Daya tarik tortor terletak pada pangeal ni gonting (gerakan pinggang yang gemuli) yang menggerakan tubuh dengan rotasi gerak pada pinggang.
Pandenggal
Untuk gerakan ini, penari akan menggerakan seluruh anggota tubuh secara keseluruhan dengan gemulai dan kelembutan yang dapat dilihat dari gerakan lengan, telapak, dan jari tangan.
Siangkupna
Siangkupna merupakan gerakan pada bagian leher dengan mengikuti irama gondang dan urdot.
Hapunanna
Hapunanna merupakan ekpresi wajah yang ditunjukan oleh para penari tortor. Dari sini, dapat diketahui apakah tarian ditampilkan dalam situasi kegembiraan atau duka cita.
Alat Musik Tari Tortor
Suku Batak memakai alat musik tradisional sebagai pengiring tari tortor. Alat musik itu disebut margondang yang memiliki 3 konsep, yaitu:
Margondang pesta
Alat musik menyertakan gondang untuk mengungkapkan kegembiraan. Jenis alat musk ini yaitu gondang naposi, gondang mangompoi jabu (memasuki rumah), dan gondang pembangunan gereja.
Magandang adat
Alat musik ini dipakai untuk kegiatan menyertakan gondang sebagai sistem kekerabatan. Gondang dipakai yaitu gondang pangolin anak (perkawinan), gondang saur matua (kematian), dan gondang mamampe marga (pemberi marga).
Ada juga margondang religi yang dipakai untuk upacara keagamaan. Upacara ini dilakukan oleh Batak Purba. Sedangkan alat musik untuk upacara kematian yang dipakai adalah gondang, hasappi, taganing, dan ogung.
Pola Lantai Tari Tortor
Pola lantai adalah merupakan titik atau garis yang dipakai penari. Selain itu, pola ini berguna untuk memberi arah penari menuju titik satu ke titik yang lain. Arahnya bisa berlawanan dengan penari lainnya.
Tari tortor memiliki pola lantai lingkaran dan lurus. Posisi tamu atau hula-hula berada di sebelah jenazah, sedangkan posisi tuan rumah berada di sebelah kiri jenazah.
Pola lantai ini bermanfaat untuk memperjelas peran antara penari keluarga dan penari pelayat. Selain itu pola ini untuk membedakan sedikit gerakan pertunjukan tari.
Properti Tari Tortor
Mengutip jurnal "Bentuk Penyajian Dan Makna Gerak Tari Tortor Pada Upacara Kematian Adat Batak Toba di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi Aceh" yang diterbitkan Universitas Syiah Kuala, tari tortor memiliki properti bernama Ulos (selendang).
Ulos adalah selendang khas Batak yang memiliki lambak sakral, persembahan, dan pemersatu. Warna ulos memiliki simbol berbeda, contohnya ulos merah (kehidupan), hitam (hukum atau kematian), dan putih (suci).
Ulos dipakai untuk upacara kematian. Selendang ini ini diletakkan di pundak oleh pihak hula-hula dan dongan sabutuha, untuk orang yang berduka atau penari tuan rumah. Ulos yang diberi di pundak penari berwarna merah.
Tata Rias dan Busana
Penari tortor wanita untuk upacara kematian memakai tata rias cantik. Penari diberi beda, lipstik, bulu mata, dan penebalan alis. Sedangkan penari pria tidak diberi tata rias.
Pakaian penari laki-laki memakai jas hitam celana warna hitam, dan ulos hitam. Sedangkan penari wanita memakai baju kebaya warna hitam, rok, dan ulos warna senada. Warna hitam dipilih sebagai lambang duka cita untuk masyarakat Batak Toba.