Tari Yospam, Tari Tradisional Papua yang Terinspirasi dari Jet Belanda
Bumi Papua tak hanya kaya akan kekayaan alam saja, melainkan juga kaya akan budaya. Salah satunya adalah Tari Yospam, atau yang lebih dikenal dengan Tari Yosim Pancar.
Tari tradisional khas bumi cendrawasih ini merupakan gabungan dari dua tarian tradisional sekaligus, yakni Tari Yosim dan Pancar. Tari Yosim merupakan tari tradisional yang berasal dari daerah Sarmi, yakni berada di pesisir Utara Papua.
Tari tradisional ini, kemudian menyebar hingga ke daerah Waropen, Serui, dan Biak. Tarian ini menjadi salah satu tarian gembira yang berasal dari daerah-daerah tersebut. Sedangkan Tari Pancar adalah tarian yang berkembang di Biak Numfor dan Manokwari pada awal 1960-an.
Awal Mula Terciptanya Tari Yosim Pancar
Tari tradisional asal Papua ini, tercipta karena akulturasi antara budaya asli dan juga luar daerah Biak, sekaligus hasil dari pertemuan antara nilai tradisional yang berlaku di pulau Biak dengan ajaran Kristen Protestan yang masuk pada tahun 1908-an.
Kedua tari tradisional tersebut, kemudian dipadukan menjadi Tari Yosim Pancar yang disingkat dengan Yospan. Nama Yospan ini terinspirasi dari pesawat-pesawat bermesin jet yang mulai mendarat di Biak saat terjadi konflik antara Kerajaan Belanda dengan Pemerintah Indonesia, tepatnya sekitar tahun 1960-an.
Seiring perkembangan waktu, tari tradisional asal Papua ini, mengalami banyak perubahan dan kini menjadi tari pergaulan. Sebagai tarian pergaulan, maka tidak ada batasan jumlah penari dalam tarian ini, siapa saja boleh ikut masuk dalam lingkaran dan bisa langsung bergerak mengikuti penari yang lain. Tari Pancar merupakan tari yang digunakan untuk mengungkapkan ekspresi kegembiraan.
Tari Pancar dibawakan dengan bersama-sama dan menghentakan kedua kaki secara serempak ke tanah. Tari Yosim Pancar merupakan salah satu tari tradisional yang dibawakan dengan berpasangan oleh penari laki-laki dan perempuan. Tarian Yosim Pancar dapat juga dibawakan atau ditarikan secara berkelompok, penari laki-laki dan perempuan yang saling berhadap-hadapan.
Tari tradisional ini, juga memiliki makna sebagai tanda persahabatan atau tari pergaulan bagi masyarakat Papua. Tari Yosim Pancar sering ditampilkan dalam berbagai upacara adat, penyambutan tamu, hingga festival kebudayaan bertaraf internasional. Tari Yosim Pancar berfungi sebagai uangkapan rasa kebagahagiaan dengan suasana yang riang gembira.
Tari Yosim Pancar disebut-sebut mirip dengan Tari Poloneis asal Eropa. Meski begitu, tari tradisional khas Papua ini lebih mengutamakan kebebasan serta kelincahan dalam setiap gerakannya.
Gerakan Tari Tosim Pancar
Dilansir dari laman kemdikbud.go.id, gerakan Tari Yosim Pancar terdiri dari lima bagian pokok. Gerakan pertama adalah gerak seka, yang memperlihatkan para penari berjalan melenggang maju dengan menghentakan kaki sebanyak dua kali disetiap langkahnya. Gerakan seka memiliki dua versi berbeda, yakni seka biasa dan seka lima.
Berbeda dengan gerakan seka biasa, seka lima ditambahkan dengan posisi berputar di tempat. Gerak seka sendiri, berasal dari tari pergaulan etnis yang mendiami wilayah selatan Papua, yakni Timika, Kaimana, hingga Fak Fak.
Gerakan kedua adalah gerak pacul tiga, yakni dimana para penari melenggang maju tiga langkah dan berhenti dengan membuang kaki ke arah samping dan ke arah depan. Gerakan ini sering dilakukan saat masyarakat Papua merayakan pesta rakyat.
Gerakan ketiga disebut dengan gerakan gale-gale, pada saat gerakan ini para penari akan melenggang maju empat langkah dengan berakhir dengan gerakan kaki yang diseret di atas tanah. Gerakan gale-gale ternyata merupakan pengaruh dari tari pergaulan terluk Wondama dan Kepulauan Mor-Mambor yang dikenal sebagai Tari Balengan.
Gerakan keempat adalah gerakan jef, yakni para penari akan mengangkat kaki kanan bergantian dengan kaki kiri. Gerakan keempat ini menggunakan hitungan empat kali, kemudian kembali ke awal lagi. Gerakan jef yang ikonik ini dipengaruhi oleh Tari Rock and Roll yang muncul pada tahun 1969 hingga 1971.
Gerakan jef ini juga memiliki beberapa variasi antara lain, jef biasa, jef ulat atau zig zag, jef robot atau langkah, dan jef sengsor. Gerakan terakhir disebut sebagai gerak pancar. Para penari akan bergerak maju kedepan tiga langkah, lalu dilangkah ketiga para penari akan meloncat dengan mendaratkan kedua kaki secara bersamaan.
Dari lima gerakan pokok Tari Yosim Pancar ini terdapat gerak sela, atau yang disebut sebagai gerak Yosim. Formasi dan pola lantai Tari Yosim Pancar ini mengalami beberapa perkembangan dari waktu ke waktu. Pada Tari Yosim Pancar konvensional pola lantai akan dimulai dari dua barisa yang kemudian akan berkembang menjadi beberapa formasi.
Formasi pola kaki ini antara lain yakni formasi diagonal, melingkar, formasi silang, tukar tempat. Namun kemudian formasi pola kaki Tari Yosim Pancar semakin berkembang dan bervariasi. Ciri khas Tari Yosim Pancar adalah perubahan posisi para penari biasanya dilakukan dengan penuh semangat,energik, dinamis, dan menarik.
Seperti tari tradisional pada umumnya, Tari Yosim Pancar juga menggunakan iringan dari alat musik. Iringan Tari Yosim Pancar biasanya menggunakan gitar 6 senar, ukulele, stem bass dan tifa. Lagu-lagu yang digunakan untuk mengiringi tarian tradisional ini adalah lagu-lagu berbahasa Papua yang tengah populer.
Para penari Tari Yosim Pancar menggunakan konstum yang dilengkapi hiasakn kepala, gelang, kalung, dan terkadang lukisan tubuh. Lukisan tubuh yang digambar tidak sembarangan, lukisan ini mengandung nilai-nilai budaya masyarakat Papuan, khususnya daerah Biak.
Dalam perkembangannta Tari Yosim Pancar ini mengalami banyak berkembangan. Terutama dalam variasi gerakan dan konstum yang digunakan para penarinya.