Mengenal Mega Mendung, Motif Batik Cirebon yang Kaya Makna

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi, pengrajin batik menunjukkan corak batik Mega Mendung (salah satu jenis batik paling diminati pembeli) di Galeri Batik Hafiyan di Pusat Batik Trusmi, Plered, Cirebon, Jawa Barat, Rabu, (11/8/2021).
Penulis: Tifani
Editor: Agung
9/9/2022, 12.39 WIB

Motif batik mega mendung kemudian berkembang menjadi salah satu batik pesisir. Salah satu sentra industri batik pesisir adalah Trusmi. Trusmi berjarak sekira delapan kilometer ke arah barat dari pusat Keraton Kesepuhan Cirebon.

Keberadaan desa ini dikaitkan dengan nama Ki Gede Trusmi, seorang pemimpin agama Islam yang juga pengikut setia Sunan Gunung Jati. Dialah yang mengajarkan seni membatik sebagai sarana menyiarkan agama Islam.

Di masa lalu, penduduk Trusmi membuat batik untuk memenuhi permintaan keraton. Dalam perkembangannya, Trusmi menjadi pusat pembuatan batik di Cirebon. Pengrajin batik Trusmi bukan hanya memproduksi batik keraton tapi juga mengembangkan motif-motif lainnya, seperti mega mendung.

Filosofi di Balik Motif Batik Mega Mendung

Motif batik mega mendung memiliki filosofi bahwasannya setiap manusia harus dapat menahan amarah pada dirinya saat dalam kondisi terpuruk, sedih, maupun tertekan.

Bisa dikatakan, motif batik Mega Mendung  menunjukkan, bahwa manusia harus selalu bersikap bijaksana dalam kondisi apa pun, layaknya awan yang mendung, yang menyejukkan suasana. Sesuai dengan namanya, yakni "Mega" yang berarti Awan, dan "Mendung" yang berarti cuaca yang sejuk.

Motif yang ada dalam batik mega mendung ini juga menggambarkan sebuah kesan maskulin, lugas, dinamis, dan terbuka. Motif mega mendung dulunya dibuat dengan warna biru saja. Namun seiring berkembangnya zaman dan permintaan pasar, gradasi serta komposisi warna batik mega mendung pun kian variatif.

Harganya pun beragam, tergantung teknik yang digunakan. Harga sehelai batik tulis motif mega mendung premium berkisar dari Rp 1,8 hingga Rp 5,9 juta. Hingga kini pewarnaan batik tulis mega mendung masih dilakukan secara manual, sehingga warna batik tidak bisa merata seutuhnya.

Halaman: