Berbicara mengenai objek wisata di Yogyakarta memang tidak ada habisnya. Mulai dari wisata alam, kuliner, hingga kerajinan dapat ditemui di kota ini. Di pinggiran kota tepatnya di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat desa wisata yang cukup bersejarah dan terkenal di kalangan wisatawan.
Desa tersebut dikenal dengan Desa Kasongan. Sebuah desa di Padukuhan Kajen yang terletak di pegunungan rendah bertanah gamping. Sudah sejak lama desa ini menjadi sentra kerajinan gerabah di Yogyakarta.
Desa ini memiliki berbagai macam barang olahan gerabah yang dihasilkan oleh para penduduknya mulai dari piring, kuali, kendi, guci, pot, pigura, mainan anak, dan bermacam barang lain yang memiliki nilai artistik.
Biasanya desa ini sangat ramai didatangi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Kawasan wisata ini juga dapat dijadikan kawasan wisata edukasi yang cocok didatangi oleh siswa sekolah. Para pelajar dapat melihat dan praktik langsung pembuatan gerabah di rumah-rumah penduduk setempat.
Pekembangan Desa Wisata Kasongan
Di kutip dari artikel ilmiah Institut Seni Yogyakarta berjudul "Kasongan, Bermula dari Kuda Mati", Agus Surono mengatakan, sejarah gerabah Kasongan bermula pada masa penjajahan Belanda.
Pada masa itu, terjadi peristiwa mengejutkan bagi warga setempat. Seekor kuda milik Reserse Belanda ditemukan mati di atas tanah sawah milik seorang warga. Karena takut akan hukuman, pemilik sawah tersebut melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi.
Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah pesawahan tadi memilih untuk menjadi pengrajin keramik. Para pendahulunya melihat bahwa tanah yang dikepal-kepal bila disatukan tidak akan pecah. Mulai dari situ, mereka melanjutkan kegiatan membuat gerabah untuk perlengkapan dapur dan mainan anak.
Sejak 1971-1972, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Sapto Hudoyo, seorang seniman besar Yogyakarta, membantu mengembangkan desa wisata itu dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan sentuhan seni dan komersial bagi desain kerajinan gerabah.
Hal itu yang membuat gerabang yang dihasilkan tidak lagi monoton. Barang-barang kerajinan yang dibuat di Desa Wisata Kasongan mulai berkembang, tetap memiliki nilai seni namun dengan nilai ekonomi tinggi sesuai kebutuhan pasar.
Kerajinan yang awalnya hanya berbahan dasar tanah liat, kini para pengrajin di desa Kasongan mulai memanfaatkan bahan lain yang banyak ditemui di lingkungan sekitar. Ragam bahan dasar yang kini digunakan diantaranya seperti batok kelapa, bambu, rotan, kayu, dan lain sebagainya.
Selain bahan dasar yang variatif, produk barang yang dihasilkan pun mulai beragam dari yang tadinya hanya membuat perlengkapan dapur (pengaron, kendil, dandang, kuali, dan lainnya) dan mainan anak (alat bunyi-bunyian, celengan, dan lainnya), penduduk sekitar kini mulai membuat berbagai produk hiasan dan artistik yang bernilai seni.
Sejak memasuki masa pandemi pada tahun 2020 lalu, pengrajin di Kasongan memutar otak untuk beradaptasi dan tetap menjalankan ekonomi. Mereka pun kini mulai membuat desain padasan dan wastafel untuk cuci tangan.
Tak hanya itu, jenis produk yang dipasarkan justru meningkat sejak pandemi adalah pot kaktus. Dengan ukuran 15-30 cm, pot itu dijual dengan harga bervariasi tergantung ornamennya mulai dari harga Rp 20.000 hingga Rp 60.000.
Produk dan Wisata di Desa Kasongan
Begitu memasuki kawasan Desa Wisata Kasongan, pengunjung akan disuguhkan dengan berbagai produk kerajinan yang tertata rapi. Penduduk desa akan menyambut ramah wisatawan yang datang untuk melihat-lihat hasil kerajinan di ruang pajang atau ruang pameran.
Tak hanya sekedar melihat hasil kerajinan, pengunjung juga dapat melihat proses pembuatan bahkan hingga berkesempatan untuk praktik langsung membuat gerabah di rumah – rumah pengrajinnya. Mulai dari penggilingan, pembentukan bahan, sampai penjemuran produk yang biasanya memakan waktu 2-4 hari.
Produk yang telah dijemur tersebut, kemudian dibakar, sebelum akhirnya di-finishing menggunakan cat tembok atau cat genteng.
Agus Surono (2019) mengatakan, pada awalnya produk kerajinan di Desa Kasongan tidak memiliki corak sama sekali. Namun legenda matinya seekor kuda telah menginspirasi para pengrajin untuk memunculkan motif kuda pada banyak produk.
Motif yang sering ditampilkan biasanya berwujud kuda-kuda pengangkut gerabah atau genteng lengkap dengan keranjang yang diletakkan di atas kuda. Selain itu, kini wisatawan dapat memesan berbagai motif lain sesuai dengan keinginan. Variasi motif lain yang sering ditemui seperti katak, jago, gajah, bunga mawar, dan lain sebagainya.
Desa WIsata Kasongan terletak di pedukuhan Kajen, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Berjarak hanya sekitar 7 km dari pusat Kota Jogja, Desa Wisata Kasongan sehingga mudah dijangkau wisatawan.
Jika berangkat dari Kota Yogyakarta, pilihlah jalan melewati Jalan Bantul ke arah Selatan. Dari perempatan Dongkelan (perempatan Ring Road Selatan – Jalan Bantul) perjalanan hanya memakan waktu 15 hingga 20 menit hingga anda akan menemukan gapura masuk Desa Wisata Kasongan di kanan jalan.