PT Bukit Asam Tbk saat ini mulai melakukan studi kelayakan (feasibility study) untuk hilirisasi batu bara di Peranap, Riau. Targetnya, studi kelayakan ini selesai Juni 2019.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan setelah studi kelayakan, akan dilakukan studi kelayakan pendanaan (bankable feasibility study). Jika layak, proyek ini akan terus berjalan.
Jadi, Arviyan belum bisa memastikan nilai investasi untuk proyek hilirisasi itu sebelum ada hasil dari studi kelayakan. "Bankable feasibility study untuk menyakini proyek ini go or not go, layak aau tidak layak," kata dia di Jakarta, Jumat (28/12).
Dalam proyek hilirisasi batu bara ini, Bukit Asam bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemicals Inc. Air Products adalah perusahaan berbasis di Amerika Serikat yang telah mengakuisisi paten atau teknologi gasifikasi batu bara Shell pada 2018.
Bukit Asam berharap pabrik gasifikasi di Peranap bisa beroperasi tahun 2022. Kapasitas pabrik itu yakni 400 ribu ton dimethyl ether (DME) per tahun, dan 50 mmscfd SNG.
Proses hilirisasi di sektor tambang ini harapannya bisa membawa dampak besar bagi Indonesia, terutama dalam mengantisipasi terjadinya defisit transaksi berjalan (CAD) karena menekan impor elpiji khususnya. " Indonesia harus terus mengembangkan industri hilirisasi batu bara bukan hanya dalam mengurangi impor tetapi juga dalam rangka mengembangkan ekspor," kata Menteri BUMN, Rini Soemarno berdasarkan keterangan resminya, Rabu (8/11).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan kerja sama dengan Bukit Asam dan Air Products adalah langkah strategis bagi semua pihak untuk meningkatkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional. Apalagi sekitar 70% elpiji masih impor.
Adapun, tahun 2017 Indonesia mengonsumsi tidak kurang dari 7 juta ton LPG. “Pabrik gasifikasi batu bara ini adalah proyek yang sangat strategis secara nasional,” ujar dia.
(Baca: Jonan Minta Pengusaha Tidak Hanya Gali dan Jual Batu Bara)
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin menyatakan hilirisasi yang dilakukan PTBA ini diperkuat dengan sumber daya batu bara sebesar 8,3 miliar ton. Tak hanya itu, mereka juga didukung cadangan batu bara sebesar 3,3 miliar ton.