PT Perusahaan Gas Negara (PGN) menawarkan kepada PT Pertamina (Persero) untuk mengambil alih PT Saka Energi Indonesia. Ini karena bisnis utama Saka yang berbasis hulu minyak dan gas bumi (migas) tidak sama dengan PGN yang lebih banyak bergerak di hilir.
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan dengan inti bisnis di sektor hilir, perusahaannya sebenarnya tidak boleh ada usaha di hulu. “Masalahnya sekarang kan sudah ada Saka. Itu harus tetap kami jalankan sampai istilahnya lepas. Lepasnya bisa kami tawarkan ke Pertamina," kata dia di Jawa Barat, Rabu (19/12).
Adapun alasan PGN menawarkan Saka ke Pertamina karena mereka memiliki lini bisnis di sektor hulu. Dengan begitu ada opsi untuk diintegrasikan.
Pelepasan Saka ke Pertamina ini pun tidak gratis. Ada valuasi nilai aset yang harus dibayar. Namun ia belum mau memerinci berapa besar valuasi aset Saka.
Opsi lain adalah melepas Saka ke publik melalui Initial Public Offering (IPO). Namun, kondisi keuangan Saka yang masih negatif, PGN perlu membenahi terlebih dulu. Apalagi kondisi Saka sempat menjadi sorotan lembaga Moody’s Investors Service.
Moody's menurunkan peringkat kredit Saka menjadi Ba2 dari sebelumnya Ba1. Penurunan juga dilakukan terhadap obligasi global anak usaha PGN senilai US$ 625 juta yang akan jatuh tempo tahun 2024 tersebut. Sedangkan prospek kredit perusahaan juga negatif.
(Baca: Tiga Rencana Kerja PGN Setelah Akuisisi Pertagas)
Menanggapi hal itu, Gigih akan mengklarifikasi langsung kepada Moody’s untuk menjelaskan strategi perusahaannya terhadap Saka. “Ada kekhawatiran Moody’s, PGN dengan status sub-holding ini tidak berikan komitmen yang full ke Saka karena bergerak di sektor hulu. Akan tetapi selama masih di bawah kami 100 persen, dipastikan kinerjanya bagus," kata dia.