Pembangunan Pembangkit Listrik Gas dan Uap (PLTGU) Jawa 1, Cilamaya, Jawa Barat resmi dimulai. Pembangunan pembangkit pertama dan terbesar di Asia Tenggara ini juga akan memadukan infrastruktur gas (LNG-FSRU).
Pembangunan itu ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Ia didampingi Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Edwin Hidayat Abdullah’ Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dan Direktur Pengadaan Strategis PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Supangkat Iwan Santoso.
Acara ini juga dihadiri Duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr, Duta Besar Jepang Masafumi Ishii, Duta Besar Korea Kim Chang Beom, Wakil Bupati Karawang, Ahmad Zamakhsyari. Hadir juga Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Tanri Abeng; direksi dan komisaris Pertamina dan PLN.
Pembangkit listrik ini berkapasitas 1.760 MW. “Proyek ini merupakan bagian dari komitmen dan kolaborasi BUMN besar Indonesia yakni Pertamina dan PLN, untuk memberikan solusi LNG to Power guna menghasilkan energi bersih dan terjangkau dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Nicke di Jakarta, Rabu (19/12).
Pengerjaan PLTGU Jawa 1 dilakukan oleh PT Jawa Satu Power. Jawa Satu Power merupakan perusahaan konsorsium dari PT Pertamina Power Indonesia (PPI) - anak perusahaan dari PT Pertamina (Persero), Marubeni Corporation dan Sojitz Corporation.
Adapun, pembangunan konstruksi dipercayakan kepada General Electric (GE), Samsung C&T (Samsung) dan PT Meindo Elang Indah (Meindo). Mereka juga akan melakukan pemeliharaan pembangkit listrik selama 25 tahun
Selama masa operasi PLTGU, PLN mendapatkan tarif listrik US$ 5,5038 per kWh. Selain itu, proyek tersebut juga akan dibangun, infrastruktur gas berupa Floating Storage Regasification Unit (FSRU). Pada akhir kontrak, FSRU akan diambil alih PLN.
Direktur Pengadaan Strategis PLN Supangkat Iwan Santoso menargetkan pembangkit yang merupakan bagian dari Program 35 ribu Megawatt (MW) selesai September 2021. Pasokan akan disalurkan melalui jaringan listrik nasional Jawa-Bali milik PLN.
Pembangkit ini diharapkan bisa menambah pasokan listrik untuk 11 juta pelanggan. “Dengan tarif yang efisien, PLN berpotensi menghemat sebesar Rp 43 triliun,” kata Iwan.
Presiden Direktur Pertamina Power Indonesia (PPI) Ginanjar mengatakan pembangunan pembangkitan listrik ini akan menciptakan efek domino bagi perekonomian wilayah Karawang, Bekasi, dan sekitarnya. Salah satunya adalah penyerapan tenaga kerja yang mencapai 4.600 orang pada masa konstruksi dan kurang lebih 200 orang pada masa operasi. “Sehingga diharapkan bisa berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja baru serta peningkatan perekonomian daerah,” kata dia.
Duta Besar Amerika Joseph R. Donovan mengatakan bangga dengan peran yang dimainkan perusahaan asal Amerika Serikat, GE yang juga ikut berkontribusi di proyek Jawa I. Menurutnya, teknologi yang disediakan GE efisien bagi proyek tersebut.
Nilai proyek ini kurang lebih US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 26 triliun. Proyek tersebut dibiayai konsorsium yang terdiri dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) and Nippon Export and Investment Insurance Co, Ltd (NEXI), Asian Development Bank (ADB), serta institusi perbankan komersial antara lain Mizuho Bank Ltd, MUFG Bank Ltd, Oversiea-Chinese Banking Cooperation Ltd, Credit Agricole Corporate and Investment Bank, Societe Generale.
(Baca: Pinjaman Rp 19,7 T untuk Pembangkit Jawa I Ditarget Cair Tahun Depan)
Skema pendanaan itu yakni non-recourse project financing. Pembayaran pinjaman murni bersumber dari proyek itu sendiri.