Internaitonal Agency Energy (IAE) memprediksi kebutuhan batu bara di Indonesia pada tahun 2023 akan menurun dari saat ini. Penyebabnya, adalah pengembangan energi baru terbarukan (EBT).

Kajian terbaru EIA menyebutkan kebutuhan batu bara di Indonesia tahun 2023 hanya 350 juta ton. Padahal, tahun ini bisa 400 juta ton.

Adapun, pengembangan EBT di Indonesia sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional. Dalam kebijakan itu, pemerintah menargetkan penggunaan EBT bisa mencapai 23% dari total energi tahun 2025.

Gencarnya, EBT akan membuat sumber energi makin murah. “Sehingga memberikan tekanan pada batu bara," kata Director Energy Markerts and Security IAE, Keisuke Sadamori, di Jakarta, Selasa (18/12).

Tak hanya Indonesia, penurunan kebutuhan batu bara juga akan terjadi di Tiongkok. Tahun 2023, negara berjuluk “Tirai Bambu” itu membutuhkan batu bara 26 ribu Mtce. Padahal, tahun 2017 bisa mencapai 27 ribu Mtce.

Permintaan batu bara di Tiongkok turun karena ada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Tiongkok. Jadi, mereka beralih dari batu bara.  

Meski menurun, Tiongkok tetap menjadi negara tujuan ekspor batu bara. Alasannya, kebutuhan batu bara di negara tersebut masih yang tertinggi dibandingkan negara lainnya. "Tiongkok tetap menjadi pemain kunci dan penggerak utama batu bara secara global," kata Keisuke.

Di sisi lain, IEA memprediksi ada negara yang mengalami peningkatan kebutuhan batu bara pada tahun 2023. Mereka adalah India, Filipina, Vietnam, dan Malaysia.

Tahun 2023, kebutuhan batu bara di India sekitar 700 Mtce meningkat dari tahun 2017 sekitar 600 Mtce. Sementara itu, kebutuhan batu bara di negara Filipina, Vietnam dan Malaysia rata-rata sebesar 300 Mtce dari sebesar 200 Mtce pada 2017.  

Peningkatan kebutuhan tersebut disebabkan adanya peningkatan jumlah penduduk, sehingga mempengaruhi kebutuhan listrik. Hal ini mendorong pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

(Baca: Jonan Minta Pengusaha Tidak Hanya Gali dan Jual Batu Bara)

Selain itu, batu bara masih dianggap sebagai energi yang terjangkau dalam segi harga, dan mudah didapat dari segi ketersediannya. "Asia Tenggara memiliki jumlah penduduk yang banyak, kebutuhan listrikya juga akan meningkat," kata Keisuke.

Sebaliknya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyatakan kebutuhan batu bara masih diminati sebagai sumber pemenuhan energi. Ini karena, batu bara masih dianggap sebagai sumber energi yang melimpah dan terjangkau.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Sumber Daya Mineral Batubara dan Listrik Garibaldi Thohir mengatakan Indonesia bergantung batu bara karena adanya percepatan pembangunan infrastruktur, termasuk pembangkit listrik. "Indonesia, bukan hanya membutuhkan listrik yang murah tetapi juga dapat diandalkan," kata dia, di Jakarta, Selasa (12/18).