PT Pertamina (Persero) mengajukan studi bersama di beberapa blok minyak dan gas bumi (migas) ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Tujuan studi bersama itu untuk mencari potensi cadangan.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu mengatakan lokasi studi bersama tersebut ada di lepas pantai Aceh, di lepas pantai Natuna, di daerah Kalimantan hingga Papua. Studi bersama itu rencananya akan dilakukan dalam waktu dekat.
Dalam melakukan studi nanti, pihaknya terbuka menggandeng mitra. Alasannya, untuk berbagi risiko, apalagi biaya studi seperti kegiatan seismik tidak murah. "Ada potensi eksplorasi di tempat baru, di luar blok eksisting," kata dia di Jakarta, Kamis (29/11).
Samsu tidak menyebut secara spesifik anggaran untuk studi bersama tersebut. Yang jelas, selama tahun 2019 hingga 2023, Pertamina akan menganggarkan sekitar US$ 200 juta atau Rp 2,8 triliun, untuk kegiatan mencari potensi migas lewat kegiatan studi bersama. Dengan gencar mencari potensi cadangan migas harapannya dapat meningkatkan produksi Pertamina ke depan.
Salah satu temuan Pertamina yang berhasil di Blok Tomori, Sulawesi Tengah. Ini bekerja sama dengan Blok Tomori, Sulawesi Tengah. Pertamina dan Medco akan mengembangkan gas dari temuan baru di blok itu, dan akan memproduksi 95 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Gas itu akan dialokasikan untuk PT Pupuk Indonesia di sekitar proyek tersebut.
Dharwaman mengatakan kegiatan studi bersama ini tidak ada kaitannya dengan skema kontrak. Jadi, baik skema gross split atau cost recovery (penggantian biaya operasional), Pertamina tetap gencar mencari cadangan migas.
(Baca: Tiga Perusahaan Ajukan Studi Bersama dengan Pemerintah di 5 Blok Migas)
Yang jelas, Pertamina akan melakukan studi di beberapa blok yang bisa cepat komersialisasinya. "Eksplorasi itu mau menggunakan cost recovery atau gross split sama saja. Kalau tidak discovery enggak dapat apa-apa jadi kerugian buat investor. Jadi gak perlu mempolemikkan," ujar dia.