PT Pertamina (Persero) dan PT Shell Indonesia buka suara mengenai permintaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi turun. Ini seiring dengan harga minyak mentah yang juga turun.

Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan masih perlu melihat pergerakan harga minyak dunia sebelum menurunkan harga BBM. "Kami harus lihat dulu, apakah stabil ke bawah atau ke atas. Nanti begitu harga BBM diturunkan, malah harga minyak mentah naik lagi," kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (22/11).

External Relation Shell Indonesia Dina Setianto menyatakan pihaknya secara rutin melakukan peninjauan harga minyak terhadap penyesuaian harga BBM di Stasiun pengisian Bahan Bakar (SPBU) Shell. "Apabila ada penyesuaian harga kami akan mengumumkannya di website kami," kata dia kepada Katadata.co.id.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Pembinaan Usaha Hilir Kementerian ESDM Soerjaningsih mengatakan akan memanggil badan usaha penjual BBM nonsubsidi dalam waktu dekat ini. Sayang ia tidak mau merinci jadwalnya. "Secepatnya," kata dia.

Sebelumnya, Kementerian ESDM akan memanggil pelaku usaha yang menjual BBM nonsubsidi. Tujuannya untuk meminta badan usaha tersebut menurunkan harga BBM. Alasannya, harga minyak juga mengalami tren penurunan.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan badan usaha yang akan dipanggil di antaranya PT Pertamina (Persero), PT Shell Indonesia dan PT Total Indonesia. "Kalau harga minyak turun, harus turun," kata dia di Jakarta, Rabu (21/11).

Namun, besaran penurunan belum ditentukan. Kementerian ESDM masih menghitung berapa besaran penurunan harga BBM nonsubsidi.

(Baca: Kementerian ESDM Minta Pertamina dan Dua SPBU Asing Turunkan Harga BBM)

Mengacu Bloomberg, Kamis (22/11), harga minyak Brent untuk kontrak Januari 2019 sebesar US$ 62,86 per barel. Sementara harga West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Januari 2019 sebesar US$ 53,89 per barel.