Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyoroti operasional kilang minyak milik PT Pertamina (Persero). Ini karena beberapa kilang minyak tersebut mati produksi yang tak direncanakan (unplanned shutdown).

Hal tersebut bahkan dibahas dalam rapat dengan Pertamina hari ini di Kementerian ESDM. "Kan beberapa kali ada yang unplanned shut down itu kilangnya banyak. Ini mitigasinya bagaimana," kata dia di Jakarta, Senin (8/10).

Kendala tersebut perlu dimitigasi karena dapat berpengaruh terhadap kinerja pengolahan kilang. Apalagi dalam hal ini kilang mengolah minyak mentah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Arcandra tak menyebut secara rinci, kilang mana saja yang kerap mengalami mati produksi. Namun, salah satu kilang yang mati produksi ada di Dumai, Riau. Kilang ini memiliki kapasitas 170 MBSD.

Selain di Dumai, Pertamina memiliki kilang di daerah lain. Di antaranya, Cilacap di Jawa Tengah dengan kapasitas 348 MBSD. Lalu, Plaju di Sumatera Selatan kapasitasnya 133,7 MBSD. Kilang Balikpapan kapasitas 260 MBSD. Balongan di Jawa Barat kapasitasnya mencapai 125 MBSD. Ada juga Kilang Kasim di Papua berkapasitas 100 MBSD.

Dengan adanya upaya mitigasi itu dapat mencegah permasalahan unplanned shutdown ke depan. Alhasil, bisa meminimalkan kerugian.

Sebelumnya, Pertamina pernah mengakui adanya kerugian sebesar US$ 70 juta akibat kerusakan pada kilang-kilang yang dioperasikannya di dalam negeri sepanjang tahun 2016. Sepanjang 2016 itu, Pertamina mencatat setidaknya terjadi 35 kasus unplan shut down yang menyebabkan kerugian sebesar US$ 70 juta.

(Baca: Pertamina Rugi US$ 70 Juta Akibat Kerusakan Kilang Tahun Lalu)

Kerusakan kilang ini salah satunya disebabkan oleh permasalahan teknis sehingga membuat kilang mengalami unplanned shutdown.