Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi melelang Blok West Kampar yang terletak di daratan Provinsi Riau dan Sumatera Utara. Blok ini dilelang karena operator lama yakni PT Sumatera Persada Energi (SPE) dinyatakan pailit.
Menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Djoko Siswanto, potensi West Kampar sebenarnya besar. Estimasi cadangan mungkin (possible/3P) minyak dan kondensat sebesar 8,3 MMSTB. Kemudian estimasi sumberdaya 4.322 MMBOE.
Namun, per 15 Agustus 2018, melalui surat nomor 2974/12/MEM.M/2018, kontrak SPE sudah dihentikan. Padahal, kontrak SPE di West Kampar itu seharusnya berlaku sejak 2005 hingga 2035.
Kontrak itu diakhiri karena SPE memiliki utang sebesar Rp 1,3 triliun dengan pihak ketiga. Gaji karyawan yang belum dibayar.
Blok ini terakhir berproduksi 27 Maret 2018 dengan total 112 barel per hari (bph). SPE rencananya bisa memproduksi di atas 1.000 bph.
Akan tetapi, dengan disetopnya kontrak, tidak ada lagi blok yang mengurus. Sehingga blok dilelang. “Produksi didiemin saja. Ya sudah lelang saja, operatornya tidak serius,” ujar Djoko di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (19/9).
Akses dokumen lelang dibuka 19 September hingga 22 Oktober 2018. Pemasukan dokumen kualifikasi pada 23 Oktober hingga 30 Oktober 2018. Sedangkan tenggat memasukkan dokumen 12 November 2018.
Bonus tanda tangan untuk blok ini sebesar US$ 5 juta. Komitmen kerja pasti lima tahun berupa studi G&>, seismik 3D 400 kilometer persegi (km2), dan empat sumur eksplorasi. Nilai komitmen pasti US$ 59,038 juta.
Mengenai status utang, menurut Djoko akan ditanggung pemenang lelang. Akan tetapi itu akan diverifikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). ”Nanti yang menang, harus menanggung utang yang ada,” ujar dia.
(Baca: Kementerian ESDM Buka Lelang Tiga Blok Migas Awal Agustus)
Nantinya ada aset yang ditanggung. Status aset kuartal II 2017, nilai perolehan US$ 232.528. Material persediaan US$ 657.947 USD. Sejak 2011 - 2015, minyak jatah negara US$ 6.6 juta .