PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) kini kelebihan stok batu bara. Padahal, sebelumnya perusahaan pelat merah ini mengalami kekurangan emas hitam tersebut.
Direktur Pengadaan Strategis 2 PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan stok batu bara untuk pembangkit listrik mulai membaik. Ini karena harga batu bara turun, apalagi untuk kalori di bawah 5 ribu.
Sebelumnya, stok batu bara menipis karena harga tinggi. Jadi, pengusaha batu bara cenderung lebih memilih ekspor. “Kami cenderung kebanyakan ini sekarang. Sudah membaik stoknya,” ujar dia di Jakarta, Selasa (18/9).
Saat ini pasokan batu bara untuk sebagian pembangkit sudah di atas 10 hari. Awalnya, pasokan menipis hanya seminggu, bahkan ada yang empat hari.
Menipisnya pasokan itu disebabkan beberapa hal seperti cuaca, sehingga transportasi terhambat. Selain itu, ada masalah pasokan dari pengusaha batu bara.
Pasokan itu tersendat karena harga batu bara di luar negeri tinggi. Sedangkan kewajiban pasokan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) yang berlaku 12 April lalu, mematok harga paling mahal US$ 70 per ton. Kemudian, pemerintah juga masih menggodok skema transfer kuota.
Namun, per September, pasokan batu bara sudah tidak masalah. Saat ini, PLN fokus menaikkan stok batu bara untuk pembangkit.
Iwan berharap pasokan batu bara bisa pada kisaran 15 hingga 20 hari. “Kalau di bawah 10 hari itu sebenarnya sudah warning,” ujar dia.
(Baca: Hingga Juli, Batu Bara yang Dipasok ke Domestik Mencapai 61,2 Juta Ton)
Adapun, hingga Juli 2018, perusahaaan batu bara sudah memasok 61,2 juta ton. Padahal targetnya 121 juta ton.
Dari total realisasi tersebut, 55,4 juta ton diperuntukan untuk kelistrikan nasional. Sisanya sebesar 5,8 juta ton untuk industri.