PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) (Persero) mengungkapkan dasar perhitungan penentuan harga saham divestasi PT Freeport Indonesia (PTFI). Harga itu selama ini menjadi polemik karena beberapa pihak menilai harga tersebut masih terlalu mahal.

Head of Corporate Communication Inalum Rendi A. Witular mengatakan harga yang sudah disepakati dengan Freeport McMoran itu tak memperhitungkan cadangan emas yang ada di Tambang Grassberg. “Bukan cadangan. Yang dihitung itu cash flow dari potensi bisnis hingga 2041,” ujar dia kepada Katadata.co.id, Rabu (18/7).

Dengan dasar itu maka harga membeli 40,18% hak partisipasi (participating interest/PI) Rio Tinto yang akan dikonversi menjadi saham PT Freeport Indonesia mencapai US$ 3,5 miliar. Adapun untuk menjadi 51%, Inalum harus membeli 9,36% saham Indocopper Investama seharga US$ 350 juta.

Saat ini, Pemerintah Indonesia memiliki saham 9,36% di PTFI. Nantinya saham Indocopper dan Indonesia terdelusi menjadi 5,6%, sehingga Indonesia menguasai 51,38%.

Dengan memegang 51,38% saham PTFI, Inalum memiliki beberapa keuntungan. "Kami punya voting rights yang sebelumnya tidak ada," ujar Rendi.

Harga itu juga tidak jauh dengan kalkulasi Deutsche Bank, Morgan Stanley, UBS, RBC dan HSBC. Taksiran harga dari lima lembaga keuangan dunia itu untuk pembelian hak partisipasi Rio Tinto berkisar US$ 3,3-4 miliar. 

Tata cara penetapan harga saham divestasi di sektor tambang ini sebenarnya juga tertuang di Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 9 tahun 2017. Dalam aturan itu, harga divestasi ditetapkan berdasarkan harga pasar yang wajar dengan tidak memperhitungkan cadangan mineral dan batu bara pada saat dilaksanakannya penawaran divestasi saham.

Dosen Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara Ahmad Redi justru mengkritik isi aturan tersebut karena perhitungan harga tidak lagi mengacu replacement cost. Artinya penentuan harga menghitung biaya penggantian atas kumulatif investasi yang dikeluarkan sejak tahap eksplorasi sampai tahun kewajiban divestasi, bukan setelah mendapat perpanjangan kontrak.

"Menurut saya hal ini bentuk kemunduran dibanding Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 tahun 2013 yang penetapannya melalui replacement cost," ujar Ahmad Redi.

(Baca: Inalum Harus Lewati Tiga Tahap Lagi Sebelum Kuasai 51% Saham Freeport)

Ahmad Redi juga menilai perhitungan harga saham tidak terbuka kepada publik. Jika mengacu harga 9,36% saham Indocopper, seharusnya 40% PI Rio Tinto tidak lebih dari US$ 1,4 miliar. Jadi, jika ditotal harga untuk menguasai 51% saham PTFI hanya US$ 1,750 miliar, bukan US$ 3,85 miliar.

Reporter: Fariha Sulmaihati