PT Perusahaan Gas Negara/PGN (Persero) Tbk membuka peluang bermitra dengan PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero) membangun infrastruktur gas di Indonesia Timur. Tujuannya agar belanja modal yang dikeluarkan menjadi lebih efisien.
Direktur Komersial PGN Danny Praditya mengatakan perusahaannya memang tidak menutup kemungkinan untuk bermitra dengan PLN dalam menjalankan proyeknya. Apalagi PGN tengah menyiapkan peta jalan (road map) pembangunan infrastruktur di kawasan timur Indonesia. "Kami buka opsi ini yang penting semua jalan," kata dia di Jakarta, Kamis (8/2).
Adapun, infrastruktur gas yang akan dibangun di Indonesia kawasan timur berbentuk virtual pipeline. Artinya, penyaluran gas tidak melalui pipa, melainkan melalui gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG). Jadi, yang dibangun seperti fasilitas regasifikasi, terminal penerimaan dan penyimpanan gas.
Menurut Danny, rencana PGN membangun infrastruktur di kawasan timur Indonesia karena ada potensi peningkatan permintaan gas untuk pembangkit, pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter), hingga industri. “Kami sedang membuat planning agar realistis," kata dia.
Hingga kini, PGN belum bisa menyebut nilai investasi dari pembangunan infrastruktur tersebut. Alasannya, masih dalam tahap perhitungan dan belum final.
Namun, mengacu data paparan PGN di Komisi VI Jakarta akhir Januari lalu, tahun ini perusahaan pelat merah ini menganggarkan belanja modal sebesar Rp 8,9 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan target belanja modal tahun 2017 hanya Rp 3,9 triliun.
Dari dana belanja modal itu, sektor hilir migas mendapatkan alokasi paling besar yakni Rp 4,658 triliun. Disusul sektor hulu melalui anak usahanya PT Saka Energi Indonesia sebesar Rp 3,472 triliun. Kemudian infrastruktur gas sebesar Rp 592,5 miliar dan kebutuhan investasi lainnya Rp 223 miliar.
(Baca: PGN Buka Opsi Pinjaman untuk Biayai Akuisisi Pertagas)
Meski begitu, Danny mengatakan belanja modal PGN tahun ini bisa saja berubah, ini seiring dengan adanya pembentukan induk usaha (holding) migas. "Ada holding migas pasti berubah lagi kan capital expenditure-nya," ujar dia.