Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meningkatkan target investasi sektor minyak dan gas bumi (migas) tahun ini sebesar 67,5% dibandingkan realisasi tahun lalu. Salah satu alasannya adalah membaiknya harga minyak dunia.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan tahun ini sebesar US$ 17,04 miliar. Perinciannya US$ 14,45 miliar untuk hulu, sedangkan US$ 2,59 miliar sektor hilir. “Jadi akan kembali meningkat," kata dia dalam konferensi pers kinerja 2017 dan outlook 2018 sektor migas Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (9/1).

Target yang ditetapkan Kementerian ESDM untuk investasi hulu migas ini bahkan lebih tinggi dari yang dipatok Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). SKK Migas menetapkan investasi hulu tahun 2018 sebesar US$ 12,6 milar.

Secara tren, realisasi investasi sektor migas Kementerian ESDM sepanjang 2014-2017 mengalami fluktuasi. Sepanjang kurun waktu itu, realisasi investasi migas tahun 2014 menjadi yang tertinggi, yakni mencapai US$ 20,72 miliar. 

Kemudian tahun 2015 realisasi investasi migas turun menjadi US$ 17,38 miliar. Setahun berikutnya turun lagi ke level US$ 12,74 miliar.

Adapun tahun lalu realisasi sektor migas mencapai US$ 10,175 miliar. Realisasi ini terdiri dari investasi hulu migas sebesar US$ 9,33 miliar yang terbagi atas blok eksplorasi sebesar US$ 180 juta dan investasi di blok eksploitasi sebesar US$ 9,15 miliar. Sementara investasi hilir US$ 845,58 juta dengan rincian pengolahan US$ 54,97 juta, pengangkutan US$ 4,2 juta, penyimpanan US$ 696,44 juta, niaga US$ 88,59 juta, dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk US$ 1,38 juta.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan untuk sektor hulu migas ada beberapa proyek yang akan diandalkan untuk menggenjot investasi. Pertama, proyek Jambaran Tiung Biru yang telah groundbreaking 25 September 2017 lalu dan diharapkan beroperasi 2021. Total investasi proyek ini mencapai US$ 1,5 miliar. Proyek ini nantinya dapat memproduksi gas sebesar 217 mmscfd, rinciannya 172 mmscfd untuk dijual dan 45 mmscfd untuk dipakai operasional.

Selain itu ada proyek Jangkrik di Blok Muara Bakau. Proyek ini ditetapkan pada tahun 2002 dan telah beroperasi pertengahan tahun lalu. Proyek ini berkontribusi menambah produksi migas 100 ribu barel setara minyak per hari (boepd). Adapun tahun ini pemerintah menargetkan produksi Jangkrik bisa tembus 600 mmscfd dari produksi sebelumnya yang sebesar 450 mmscfd.

Proyek migas lainnya adalah Tangguh Train 3, Indonesia Deepwater Development (IDD) Gehem-Gendalo yang saat ini masih dalam tahap desain kajian awal (Pre Front-End Engineering Design/pre-FEED) dan ditargetkan selesai pertengahan tahun ini.

Ada juga masela yang saat ini juga tengah memulai proses Pre-FEED dan ditargetkan selesai pertengahan tahun ini. Proyek lapangan Merakes yang saat ini masih dalam tahap penyusunan pengembangan lapangan (Plan of Development/PoD) juga menjadi andalan.

Di tempat yang sama, Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa mengatakan pihaknya juga akan berupaya agar target investasi sektor hilir migas tahun ini bisa tercapai. Salah satunya dengan melelang tiga ruas pipa tahun ini.

(Baca: Rencana Lelang Proyek Pipa Gas Tahun Ini Meleset)

Tiga ruas pipa itu adalah transmisi Natuna-Kalimantan Barat sepanjang 500 km dengan total investasi US$ 555 juta, pipa Kalimantan Barat-Kalimantan Tengah sepanjang 1.000 km senilai US$ 516 juta dan Kalimantan Tengah ke Kalimantan Selatan sepanjang 162 km investasinya sebesar US$ 97 juta.