Saka Siapkan Modal Kerja Tahun Depan Hingga Rp 2,7 Triliun

Katadata | Arief Kamaludin
Penulis: Arnold Sirait
12/12/2017, 17.35 WIB

PT Saka Energi Indonesia membutuhkan dana sekitar US$ 150 juta sampai US$ 200 juta untuk kegiatan tahun 2018. Dana ini akan digunakan untuk beberapa kebutuhan termasuk pengeboran sumur dan biaya pemeliharaan.

Direktur Utama Saka Tumbur Parlindungan mengatakan dana itu hampir sama dengan yang dianggarkan tahun ini. “US$ 150 juta hingga US$ 200 juta untuk semua kegiatan di tahun depan,” kata dia di Jakarta, Selasa (12/12).

Menurut Tumbur, dana alokasi investasi terbesar tahun depan adalah Blok Pangkah. Bahkan blok tersebut bisa memperoleh alokasi sekitar 60%. Alasannya di blok tersebut, Saka masih perlu melakukan pengeboran untuk pengembangan dan eksplorasi.

Adapun, tahun depan, Saka akan mengebor tujuh sumur dengan tiga rig. Perinciannya adalah empat sumur pengembangan dan satu sumur eksplorasi di Pangkah. Pengeboran di blok ini rencananya dilakukan kuartal I tahun 2018.

Tahun ini, Saka sudah mendapatkan persetujuan proposal pengembangan lapangan (Plan of Development/PoD) untuk Sidayu sejak Oktober lalu. Selain itu, PoD lapangan West Pangkah juga sudah disampaikan ke pemerintah Desember ini dan menunggu proses persetujuan.

Kemudian, satu sumur eksplorasi di blok South Sesulu yang saat ini tender masih berjalan. Targetnya bisa dilakukan sekitar Maret hingga Mei.

Selain itu ada pengeboran satu sumur eksplorasi di Wokam II. Rencananya pengeboran ini dilakukan kuartal 3 atau 4 tahun 2018. Tahun ini, Saka masih melakukan proses seismik 3D dan study G&>.

Di sisi lain, Tumbur juga berharap produksi tahun depan bisa meningkat sekitar 5% sampai 10% dibandingkan tahun ini. Adapun, produksi minyak dan gas tahun ini sebesar 53.000 barel setara minyak per hari (bsmph) atau meningkat 50% dibandingkan tahun 2016. Sementara target awalnya hanya 50 ribu bsmph.

Peningkatan produksi Saka tahun ini salah satunya ditopang meningkatnya produksi blok Muara Bakau hingga 600 MMSCFD. Di proyek tersebut, Saka memiliki hak kelola 11,666%.

Kemudian ada sumbangan produksi dari Blok Fasken yang terletak di Amerika Serikat. Tahun ini blok tersebut berhasil memproduksi 200 MMSCFD. Sementara Saka Energi memegang hak kelola sebesar 36%.

Kenaikkan produksi ini juga membuat penerimaan Saka meningkat sebesar 30%. Apalagi harga minyak dunia juga mulai meningkat di kisaran US$ 50 per barel hingga US$ 60 per barel.

(Baca: Naik 67%, Produksi Migas Saka Energi Sudah Lewati Target)

Berdasarkan laporan keuangan kuartal 3 tahun 2017, pendapatan neto Saka mencapai US$ 360 juta. Sementara tahun lalu pada periode yang sama hanya US$ 209 juta.