Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana mengatur ulang megaproyek kelistrikan 35 Gigawatt (GW). Salah satu perubahannya yakni menunda pembangunan sejumlah pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) dan mendahulukan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy Noorsaman Sommeng mengatakan kebijakan mendahulukan pembangkit berbahan bakar batu bara karena pembangunannya lebih lama dibandingkan gas yang hanya butuh sembilan bulan. “Yang butuh waktu lama 3-4 tahun mungkin diprioritaskan dulu dibangun,” kata dia di Jakarta, Senin (16/10).
Pertimbangan lainnya adalah sistem merit order. Artinya PLN mengoperasikan pembangkit yang dimulai dari biaya terendah, dalam hal ini PLTU Batu bara. Menurut Andy, harga listrik dari pembangkit listrik batu bara saat ini masih terbilang murah yakni sekitar US$ 6 sen per kwh.
Namun demikian pembangunan PLTU Batubara nantinya tidak lagi menyasar pulau Jawa karena sudah terlalu banyak pembangkit batubara di Jawa. "Pak menteri yang bilang, no more PLTU di Jawa," kata Andy.
Dengan demikian sejumlah pembangkit gas akan mengalami perubahan jadwal operasi. Sayangnya Andy belum mau menyebutkan pembangkit gas mana saja yang akan ditunda. Yang jelas, pembangunan itu akan diatur pada pembahasan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2018-2027.
Di sisi lain penundaan itu akan berdampak pada serapan gas bumi. Mengacu data SKK Migas, diprediksi penyerapan jatah gas alam cair (LNG) dalam negeri hingga akhir tahun ini hanya 76% atau 47,03 kargo dari alokasi sebesar 61,90 kargo.
Dari jumlah tersebut sebanyak 30 kargo merupakan alokasi LNG untuk PLN. Namun diprediksi PLN hanya bisa menyerap 25 kargo.
Kebijakan ini juga akan mempengaruhi target bauran energi. Dalam RUPTL 2017-2026, target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) adalah 22,5 persen pada 2025. Adapun pembangkit batubara di tahun 2025 ditargetkan mencapai 50 persen dari total energi primer, gas bumi sebesar 26 persen, dan BBM sebesar 0,4 persen.
Adapun target pembangunan jumlah pembangkit listrik dalam RUPTL 2017-2026 sebear 125 GW pada 2025. Andy mengatakan saat ini pembangkit yang sudah beroperasi mencapai 60.000 MW dan sampai akhir tahun targetnya 61.000 GW.
Jumlah itu merupakan pembangkit listrik yang beroperasi dari proyek 35 Ribu MW serta FTP I dan II. "Jadi pasti di tahun mendatang akan terus meningkat, ini hasil kajian kami," kata Andy.