Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akhirnya menyetujui anggaran (Authority for Expenditure/AFE) untuk desain kajian awal (Pre Front-End Engineering Design/pre-FEED) proyek ultra laut dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD) di Lapangan Gendalo. Dengan demikian, Chevron Indonesia sebagai operator bisa memulai Pre-FEED.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabowo Taher mengatakan anggaran untuk melakukan kajian awal itu disetujui rendah dibandingkan biaya yang diajukan Chevron. Perusahaan asal Amerika Serikat itu mengajukan angka US$ 15 juta atau sekitar Rp 200 miliar. "AFE disetujui US$ 3,3 juta," kata dia kepada Katadata, Kamis (7/9).
(Baca: Chevron Ajukan Proposal Persetujuan Anggaran Proyek IDD Gendalo)
Adapun proses desain kajian awal proyek IDD di lapangan Gendalo ditargetkan selesai lima bulan ke depan. Dalam proses tersebut, Chevron akan mengkaji beberapa opsi pengembangan.
Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman pernah mengatakan dalam proposal AFE, Chevron juga menyampaikan studi pemanfaatan bersama unit fasilitas produksi terapung (Floating Production Unit/FPU) di Proyek Jangkrik dengan Eni. Tujuannya agar keekonomian proyek IDD semakin baik.
Namun, rencana pemanfaatan bersama fasilitas produksi ini terkendala kapasitas yang terbatas. FPU Jangkrik dirancang untuk pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), atau setara dengan 83.000 barel setara minyak per hari (barrel oil equivalen per day/BOEPD). Sedangkan Lapangan Gendalo bisa memproduksi gas 700 mmscfd.
SKK Migas pun sudah menyiapkan beberapa opsi untuk solusinya. Pertama, Chevron bisa membangun anjungan sendiri di laut dangkal. Namun tetap bisa memanfaatkan daya listrik dari FPU Jangkrik untuk operasional anjungan tersebut, sebab lokasinya berdekatan. Jika memakai opsi ini, proyek IDD Lapangan Gendalo baru berproduksi tahun 2025.
(Baca: Proyek Migas IDD Gendalo-Gehem Ditargetkan Mulai Produksi 2022)
Opsi kedua, memakai FPU Jangkrik setelah produksi Blok Muara Bakau menurun. Dengan skenario ini, Chevron baru bisa menggunakan FPU Jangkrik sekitar tahun 2027.