BP Indonesia mulai menyiapkan lahan untuk membangun kilang gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) Train 3 Tangguh. Pembangunan train ini termasuk salah satu proyek strategis nasional yang sudah ditetapkan pemerintah.
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Fatar Yani Abdurrahman mengatakan pembangunan Train 3 Tangguh ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yang berada di laut (offshore).
(Baca: Empat Proyek Hulu Migas Prioritas Akan Dapat Kemudahan Lahan)
Pada tahap ini, BP sedang memasuki tahap rekayasa dengan model tiga dimensi dan fabrikasi untuk anjungan (platform). Proses tersebut dilakukan di Karimun dan saat ini perkembangannya sudah mencapai 90%.
Sedangkan tahap untuk di darat (onshore), proyek Train 3 ini sudah memasuki tahap pembersihan lahan. Kemudian proses pengerukan dalam rangka pembangungan fasilitas bongkar muat (Bulk Offloading Facility/ BOF) dan mobilisasi material. “Untuk onshore proyek sudah memasuki tahap eksekusi,” kata Fatar kepada Katadata, Rabu (19/7).
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabowo Taher juga mengatakan hal yang sama. Saat ini proyek Train 3 Tangguh sedang dalam tahap penyiapan tempat operasi.
(Baca: Putusan Final Investasi Tercapai, Kilang 3 Tangguh Siap Dibangun)
Namun, pembangunan train ini masih berada di wilayah operasi Tangguh yang sudah mendapatkan Ijin Pengelolaan Lingkungan (IPL) berdasarkan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang sudah disetujui kementerian terkait. “Jadi tidak ada pembukaan lahan baru,” kata dia kepada Katadata, Rabu (19/7).
Tangguh LNG adalah suatu kawasan pengembangan yang memiliki enam lapangan gas di wilayah Kontrak Kerja Sama (KKS) Wiriagar, Berau, dan Muturi di Teluk Bintuni, Papua Barat. Proyek Tangguh ini sudah memiliki dua train. Jika tidak ada kendala, proyek train 3 Tangguh akan mulai berproduksi pada 2020 mendatang.
(Baca: PLN Dapat Harga Lebih Murah dari LNG Tangguh untuk Proyek Jawa 1)
Tangguh dioperasikan oleh BP Berau Ltd sebagai kontraktor SKK Migas. BP memegang 37,16 persen saham di proyek tersebut. Pengelola lainnya adalah MI Berau B.V sebesar 16,30 persen, CNOOC Muturi Ltd 13,90 persen, Nippon Oil Exploration (Berau), Ltd 12,23 persen, KG Berau/KG Wiriagar 10,00 persen, Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc sebesar 7,35 persen, dan Talisman Wiriagar Overseas Ltd. 3,06 persen.