Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL), Badan Litbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menemukan adanya potensi gas biogenik di Cekungan Bali Utara. Temuan ini berdasarkan survei yang dilakukan kapal riset Geomarin III.

Survei tersebut dilakukan sejak 26 April hingga 18 Mei lalu. Dalam kegiatan ini, untuk pertama kalinya Geomarin III dibekali peralatan lengkap selain seismik 2D, yaitu gravity meter, geomagnete dan echosounder multibeam. Alat tersebut untuk menentukan model dan dimensi cekungan migas.

Alat itu bisa  menambah pemahaman tentang petroleum system yang merupakan konsep penting daIam bidang migas. “Saat ini belum ada kapal riset di Indonesia yang dilengkapi peralatan sejenis dan peralatan pendukung Iainnya,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Sujatmiko, seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (23/5).

(Baca: Pemerintah Butuh Rp 643 Triliun Bangun Infrastruktur Gas)

Dalam eksplorasi, gas biogenik sebenarnya bukan menjadi target utama. Jadi, kebanyakan ditemukan tidak sengaja saat pencarian target gas dan minyak konvensional di kedaIaman antara 500 - 1.000 meter. Alhasil biaya eksplorasi, pengeboran dan produksi relatif murah.

Namun, gas biogenik bisa dimanfaatkan. Salah satu pemanfaatan gas biogenik di Indonesia di Lapangan Gas Kepodang, BIok Muriah, yang disebut Cekungan Pati. Letaknya sekitar 70 kilometer (km) di utara Iepas pantai Rembang. Lapangan seluas wiIayah 2.778 km2 ini menghasilkan gas 354 MMSCFD.

Gas biogenik dari lapangan itu dialirkan melalui pipa sejauh 207 km untuk memenuhi Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tambak Lorok di Semarang. Total kapasitas pembangkit Tambak Lorok sebesar 1.000 MW.

Potensi gas biogenik di Indonesia juga cukup besar. Sekitar 20% sampai 30% cadangan gas dunia adalah gas biogenik dan baru ditemukan 4 triliun kaki kubik (triIIion cubic feet /TCF). Temuan itu sebagian diproduksi di Indonesia.

Jumlah tersebut setara dengan 3,8% dari total 104 TCF gas cadangan yang ada di Indonesia. Jadi, masih banyak yang beIum ditemukan di Indonesia. (Baca: Cadangan Baru Minim, Produksi Gas Susut Tujuh Tahun Terakhir)

Potensi gas biogenik terdapat juga di beberapa sumur yang telah berproduksi di Cekungan Utara Jawa Timur. Lokasinya berbatasan dengan Cekungan Bali di perairan Bali Utara. Sumur bor Terang-1 mengindikasikan potensi gas biogenik pada Formasi Mundu. Kisaran kedalamannya 600 hingga 700 meter di bawah permukaan dasar laut dan penyebarannya sampai ke bagian tenggara Pulau Kangean.

Hasil penelitian potensi gas biogenik ini  bisa diusulkan sebagai kandidat wilayah kerja migas di masa mendatang. Dengan begitu, bisa menambah sumber daya gas di Indonesia.

Selain Bali Utara, ada 10 cekungan lainnya yang direkomendasikan untuk diteliti oleh P3GL, yaitu Cekungan Sibolga, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Utara Jawa Barat, Utara Jawa Timur, Barito, Kutai, Tarakan, Sengkang dan Waipoga. Tujuh cekungan terbukti mengandung gas biogenik dan tiga cekungan berada di area terpencil.

Setelah menemukan potensi gas biogenik, Kementerian ESDM juga melakukan persiapan survei potensi energi panas laut (Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC), di perairan utara Bali yang laut dalamnya cukup dekat pantai. Kapal Geomarin III melakukan survei pada Minggu lalu (21/5).

OTEC merupakan bagian dari energi baru terbarukan yang bersumber dari perbedaan temperatur air Iaut yang mudah ditemukan pada perairan Iaut tropis. Potensi OTEC di Indonesia merupakan terbesar di dunia, tersebar di pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Sulawesi, Maluku Utara dan Bali.

(Baca: Pertamina Impor 1 Juta Ton Gas dari ExxonMobil Mulai 2025)

P3GL telah mengkaji dan meneliti potensi OTEC pada 17 lokasi sebesar 41 GW. Untuk itu, P3GL telah merancang Iangkah strategis daiam riset OTEC, terutama menentukan lokasi prospek seluruh Indonesia sebagai dasar investasi OTEC.